12. No Exit

2.6K 415 152
                                    

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

"Arsen, makasih banyak ya mau nampung gue," lirih Giya yang seketika menjatuhkan diri di atas sofa apartemen Arsen.

"Gue ikut tiduran ya?"

"Hmm," gumam Arsen singkat.

Ia menatap Giya yang berbaring di atas sofa sambil memejamkan mata kemudian teringat mimpinya tadi malam.

Dalam mimpi, Arsen menatap dirinya sendiri di depan cermin dan berkata, you hate the wrong person.

Dan tanpa sadar, Arsen terduduk di sofa lain sepanjang sore sambil merenung dan menatap Giya yang tertidur pulas di sana.

Hari menjelang malam pun, Arsen yang baru keluar dari kamar mandi cuma menoleh sekilas mendapati Giya yang masih tertidur pulas dalam posisi berbeda.

Seolah-olah tidur di kasur, perempuan itu merentangkan satu tangannya ke atas  kepala tanpa merasa terganggu dengan AC yang menyala atau ketidakberadaan selimut yang melindunginya.

Arsen yang tadinya mau mencari sesuatu di kulkas untuk makan malam malah berakhir kembali duduk di sofa lain yang mengarah ke Giya.

Ia lagi-lagi terdiam menatap perempuan yang memakai kaos dan juga celana rumahan biasa itu.

"Hah? Putus kenapa sih, Ya?"

"Yaya aku salah apa?" Tanya Arsen kebingungan.

"Pokoknya kita putus. Kamu jahat banget sama aku, Sen."

"Aku jahat apa sih, Ya?" Lirih Arsen pelan.

Giya di depannya cuma menangis sesenggukan tanpa menjelaskan lebih detail akar permasalahan mereka.

Sedangkan Arsen cuma bisa memegang erat tas ranselnya yang berisi barang berharga.

Pantang bagi Arsen meminta uang orangtuanya untuk membeli barang-barang yang bukan kebutuhan, jadi ia lebih suka menyisihkan uang jajan.

Dan kemarin uang jajannya akhirnya cukup untuk membelikan gelang cantik yang Arsen yakin akan terlihat bagus dipakai Giya.

Gelang yang awalnya akan Arsen berikan hari ini.

"Ya, jangan nangis," lirih Arsen pelan.

Giya yang masih sesenggukan berusaha menghapus air matanya. Ia menatap Arsen dengan matanya yang ikut memerah karena menangis.

"Aku sayang banget sama kamu, Sen. Tapi kamu malah kayak gini."

"Ya, aku kenapa?" Tanya Arsen frustasi.

"Kamu gak nyadar? Tega banget Arsen!"

"Ya Tuhan, Ya. Minggu lalu kita baik-baik aja, kan? Aku tinggal seminggu buat acara jurusan doang, kan? Gak ada masalah."

Today I Fudged UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang