17. Broken Souls

3.3K 456 193
                                    

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

Rasa dingin yang menusuk tulang membuat Giya terusik dari tidur lelapnya malam itu.

Perlahan-lahan matanya mengerjap mencoba menyesuaikan dengan cahaya di sekitarnya yang temaram.

Jantung Giya berdetak kencang ketika mengingat apa yang dilewatinya semalam bersama Arsen. Ia menoleh sedikit ke belakangnya dan menemukan dirinya berbaring di sofa sendirian.

Dengan bingung Giya mendudukkan tubuhnya dan bergumam gak nyaman atas efek kejadian semalam. Jas biru milik Arsen yang menjadi selimutnya ia eratkan untuk menutupi tubuh polosnya.

"Arsen?"

Giya mengerutkan keningnya bingung sambil mencoba menghilangkan perasaan sakit di hatinya.

Tanpa alas kaki ia berjalan mengitari ruangan Arsen yang sepi dan menatap jam dinding yang menunjukkan jarum pendek ke angka 4.

"Arsen?"

Hati Giya rasanya jatuh ketika menyadari dirinya sendirian di sana. Ia kembali duduk di sofa sambil memukul-mukul pelan dadanya mencoba menghilangkan rasa sesak.

"Sen... Lo ke mana..." Lirih Giya.

Dengan kedua tangan yang menutup wajahnya, Giya menangis tergugu sendirian di dalam ruangan Arsen.

Tubuhnya yang gak nyaman yang cuma ditutup jas milik Arsen juga ruangan sepi dan temaram membuatnya semakin merasa sendirian di sana.

Giya rasanya hancur.

Pemikirannya tentang Arsen yang mungkin masih menyimpan perasaan yang sama padanya ternyata cuma ada dalam imajinasinya.

Dengan tubuh bergetar karena terus menangis, Giya mencoba mengambil pakaian miliknya dan kembali memakainya. Kakinya yang kini dibalut heels 3 cm tiba-tiba lemas, ia harus kembali duduk di sofa dan menuntaskan tangisnya sendirian.

Selama satu jam, ruangan Arsen yang sepi cuma diisi isakan menyakitkan dari perempuan yang kacau.

-----

Giya mengusap air matanya yang terus mengalir dan mencoba bangkit berdiri.

Jas Arsen kembali ia eratkan ketika Giya menoleh ke dalam ruangan laki-laki itu sebelum menutup pintu dan keluar.

Dengan pikiran kacau, Giya menekan tombol lift yang membawanya ke lantai ruangannya.

Jam yang menunjukkan angka setengah enam membuat Giya bergumam pelan menyadari cleaning service dan petugas kantor yang datang untuk membersihkan ruangan dan menghidupkan mesin-mesin seperti lift.

Giya membuka pintu ruang rapat yang ia tinggalkan tadi malam dan terdiam menatap keadaan di depannya.

Ia mencoba merapikan laptop juga barang-barangnya sepelan mungkin, kemudian tangannya menepuk pelan pundak seseorang yang tertidur di meja.

Today I Fudged UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang