22. In Front of Your House

3.4K 451 292
                                    

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

"Tania... Berarti banget ya sampai lo segininya?"

Arsen langsung menoleh ke arah Giya.

Harus ia akui, Tania emang berarti di hidupnya. Toh, Arsen gak pernah punya niatan main-main kalau soal urusan hati. Jadi dulu berpacaran dengan Tania pun ia lakukan sepenuh hati.

Tapi kalau sekarang?

Sejak beberapa minggu yang lalu sampai detik ini, ia gak ingat sama sekali dengan Tania.

Dari beberapa bulan yang lalu pun, Arsen akui kalau ingatan akan Tania bercampur aduk antara ingatan menyenangkan juga kenyataan pahit yang diberikan perempuan itu padanya.

"Lo—" ucap Arsen terputus.

"Gue gak sengaja nemu foto lo sama Tania di kamar, sorry."

"Kalian... Kelihatan happy banget berdua," lirih Giya pelan.

Arsen menatap Giya frustasi. "Berminggu-minggu ini, gue gak inget sama sekali sama Tania—kalau lo mau tahu."

"Oh..." Lirih Giya.

"Yang gue inget..." Ucap Arsen pelan sambil menatap Giya.

Giya ikut berbalik dan menatap Arsen. "Apa?"

"Yang gue inget malah lo, Giya," jawab Arsen frustasi.

"Hah..." Lirih Giya pelan.

"Emang kedengerannya an—" ucap Arsen terputus.

Lampu sekitar dapur yang asalnya temaram tiba-tiba berubah terang.

"Eh? Ada Kak Arsen?" Gumam Barca dengan matanya yang menyipit karena masih mengantuk.

"Lagi pada ngapain subuh-subuh di dapur? Mau siap-siap buka katering?" Komentar Barca yang tanpa peduli malah sibuk mengisi gelas kosong yang ia bawa.

Arsen memutar bola matanya sebal. Kalau aja ada benda tumpul yang bisa ia lempar, ia akan melempari adiknya itu supaya benar-benar sadar dan berhenti mengoceh.

"Gak ngapa-ngapain, Bar," jawab Giya pelan.

"Beneran?" Tanya Barca yang justru malah ikut duduk di kursi bar.

Arsen menghela napas dan langsung turun dari kursi. "Ayo gue anter pulang sekarang."

Giya menoleh sebentar kemudian mengangguk. "Boleh titip pesen maaf gak sempet pamit gak, Bar?"

Suasana yang gak menyenangkan membuat Giya akhirnya setuju untuk pulang sekarang. Walaupun jujur, rasanya Giya merasa gak sopan karena harus pulang tiba-tiba tanpa pamit langsung.

Dalam hati Giya berjanji, gak lama lagi ia akan kembali mampir dan membayar perasaan gak enaknya kali ini.

"Ayo," jawab Giya yang langsung ikut meninggalkan dapur untuk dan mengambil barang-barangnya di kamar Arsen.

Today I Fudged UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang