Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-----
Giya paling suka mengecek kalender.
Selain untuk tahu kapan tanggal merah, juga karena setiap hari ia mengisi planner supaya kerjaan dan kehidupan pribadinya gak berantakan.
Jadi, Giya juga tahu kalau ternyata udah hampir dua minggu dari terakhir ia berangkat ke kantor sama Arsen.
Dan gak ada perubahan sama sekali soal hubungan keduanya.
"Gue sebenernya bisa nyamperin dia dan minta uang ganti taksi," gumam Giya pada diri sendiri.
"Ya ampun tapi kok kedengerannya pelit dan itungan banget."
"Tapi kan salahnya sendiri gak tepat janji msu gantiin uang gue? Di sini gue cuma karyawan, gak kayak dia."
Giya berdecak pelan sambil menatap layar komputer dengan malas. Walaupun beberapa penulis udah berpindah ke tim lain untuk proses berikutnya sebelum buku dicetak, ia tentunya tetap kebanjiran penulis-penulis baru yang perlu ia bantu.
Naskah yang kebanyakan bertema roman kadang membuat Giya jadi terpikirkan masalah percintaannya sendiri.
"Gue... Nangis-nangis minggu kemarin tuh ngapain sih. Orangnya aja diem-diem terus kayak gak kenal," gerutu Giya sambil menggelengkan kepala.
Suara dering handphone tiba-tiba mengalihkan fokus Giya yang sebenarnya lagi gak fokus.
Telepon dari Chester sahabatnya yang tanpa sadar membuat Giya mendengus.
"Ya lo pikir siapa?" Tanya Giya sebelum mengangkat telepon.
"Hai, Bumil!"
"Hai, Giya! Lagi ngantor ya? Gue ganggu gak?"
"Gak juga sih. Gue lagi lumayan suntuk, mana di ruangan sendiri doang nih temen-temen gue pada jadwal di luar. Kenapa?"
"Bunda ngajak lo ikut makan malem di rumah. Mau ya?"
"Hah?! Aduh, gak usah ah."
"Ih, kenapa sih? Ini Ayah juga ngajak loh, Gi."
"Tiba-tiba banget deh," lirih Giya.
"Tiba-tiba gimana? Gue udah bosen ngitung ya berapa kali lo nolak ajakan makan bareng sama keluarga gue."
"Lagian si mantan kayaknya gak pulang malem ini, besok paling."
"Si mantan, si mantan! Ngomongnya kayak orang gak pernah berdoa."
Chester terkikik gemas mendengar respon Giya. "Tapi gue denger loh cerita dari Ayah dan Bunda soal lo yang nungguin Arsen di rumah sakit."
"Sinting itu anak! Sakit gak bilang siapa-siapa dan malah nyetir sendiri ke IGD."
"...."
"Makanya lo harus dateng ya? Gue mau denger cerita panjang lebar kenapa bisa-bisanya lo yang Dokter Ben telepon dan kenapa lo sama Arsen sempet ngilang di waktu bersamaan."