-----
"Arsen?" panggil Giya pelan.
"Arsen? Kita udah nyampe," lanjutnya sambil menepuk pelan lengan Arsen.
Arsen langsung membuka matanya dan menemukan wajah Giya dengan jarak cukup dekat. Nyawanya yang belum terkumpul semua membuat laki-laki itu cuma bisa mengerutkan kening mencoba memahami situasi.
"Sorry," ucap Arsen sambil menggeser posisi duduknya.
"Jadi berapa, Pak?" tanya Arsen sambil mengeluarkan dompetnya.
"Seratus lima puluh ribu, Mas. Macet tadi, walaupun deket. Terus Masnya tidur lama, kan argonya jalan terus," jawab supir taksi itu.
Arsen meringis pelan sambil menatap dompetnya yang tinggal bersisa selembar uang berwarna merah. "Bisa pakai kartu gak, Pak?"
Giya berdecak pelan kemudian dengan cepat membuka tasnya untuk mencari dompet. Tiga lembar uang berwarna biru ia keluarkan dan berikan kepada supir taksi. "Ini, Pak. Makasih banyak ya."
"Iya, Mbak. Sama-sama."
Giya tersenyum kecil dan langsung membuka pintu, disusul Arsen yang akhirnya buru-buru memasukkan dompet ke dalam saku celananya dan mengikuti Giya yang duluan masuk ke dalam gedung apartemen.
"Uang taksinya," ucap Arsen setengah-setengah.
"Gak apa-apa," potong Giya cepat.
Arsen mengangguk kecil sambil menekan angka 12 pada lift yang membawa keduanya ke atas gedung. Laki-laki itu sesekali melirik Giya yang sibuk menatap handphonenya tanpa mengindahkan kehadiran Arsen di sana.
"Iya halo, Mas?"
"Gue udah masuk kantor tadi, Mas. Hari ini lo yang keluar, jadinya gak papasan."
"Iya, makasih banyak Mas Praja. Besok gue ke ruangan lo? Bisa."
"Hahaha iya, gak perlu nanyain gue jam segini juga."
"Iya deh yang peduli, " ucap Giya seru.
Arsen membuang muka kemudian mengeluarkan handphonenya sendiri dan menemukan miliknya sepi tanpa notifikasi.
Ada satu pesan dari orangtua Tania yang belum ia balas lagi karena seharian ini Arsen sibuk menyelesaikan pekerjaan akibat minggu kemarin otaknya gak bisa berkompromi diajak untuk berpikir.
Jadi, menatap handphone dan membalas pesan kedua paruh baya itu tanpa sadar membuatnya lebih lelah bahkan cuma dengan membayangkannya.
"Ditraktir makan? Waduh Mas, gak usah," ucap Giya yang masih seru bertelepon.
"Iya, iya. Makasih Mas."
Arsen melirik Giya lagi dari ujung matanya sebelum menghembuskan napas pelan. "Gak usah berisik, bisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Today I Fudged Up
Hayran Kurgu(Series #9 Danadyaksa - TAMAT) Arsen, Giya, dan cerita mereka yang tidak pernah selesai. [Cerita belum direvisi sejak tahun 2021]