30. The Beginning of Something New

3.1K 393 36
                                    

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

"Sen, Ayah denger-denger kamu mau pake salah satu tanah di Menteng?"

Arsen menyadari tatapan semua orang di meja makan dan mengangguk santai sambil tetap memakan makanan di depannya. "Iya, Yah. Kok tahu?"

"Oh, ya Ayah dapet kabarnya aja. Katanya mau dibikin rumah?"

Arsen mengangguk lagi. "Iya, mau dibikin rumah. Cuma kayaknya Arsen baru bisa nunjukkin desain akhirnya lusa."

"Rumah kamu sendiri ini?"

"Iya, Yah," jawab Arsen santai. "Udah approved by Giya juga. Ini rumah buat kita."

Keempat orang di meja makan selain Arsen tiba-tiba terdiam dengan pikiran penus spekulasi.

"Jangan bilang lo mau ngajak Giya serius?" tanya Chester selidik.

Arsen memejamkan mata sebelum lagi-lagi mengangguk. "Iya, Arsen sama Giya udah ngobrol dan kita mau bawa hubungan ini lebih serius."

"Asalnya Arsen mau bilang nanti abis kita makan malem, ternyata pada gak sabaran."

Bunda tersenyum lebar dengan mata berbinar menatap Arsen. "Bunda setuju! Udah kasih 100% restu pokoknya mau pesta kayak apapun Bunda pasti setuju!"

"Bun... Arsen masih harus minta restu orangtuanya Giya," cicit Arsen.

"Yaudah, kapan ke Singapura? Ayah yang ongkosin lah," ucap Ayah ikut semangat.

"Gue ikut dong," celetuk Barca. "Pacar Barca lagi di Vegas, Bun. Liburan sama keluarganya. Barca juga mau liburan."

Bunda menggeleng tegas. "Gak bisa. Ini kakak kamu bukan mau liburan, ini lebih penting, krusial!"

Arsen menahan kekehan karena melihat respon anggota keluarganya. "Akhir minggu ini Arsen sama Giya pergi ke Singapura kok. Tiketnya udah ada. Jadi minggu depan Arsen gak di rumah ya?"

"Oke, Ayah dukung! Kasih tahu kamu butuh apa buat meluluhkan orangtuanya Giya, nanti Ayah bantu cariin."

Chester mengangguk semangat. "Setuju. Nanti lo belajar dulu sama Ayah dan Bunda, tanyain perasaan mereka pas Mural ke sini mau lamar gue."

"Oke, oke, Arsen seneng karena semua pada ikut excited juga," jujur Arsen tanpa sadar.

Ayah menepuk pelan punggung Arsen sambil tersenyum. "Ini hari yang ditunggu-tunggu, Sen. Kita semua buka pintu lebar-lebar buat Giya. Selalu."

"Jadi Arsen direstuin nikah sama Giya nih?"

"Iya lah!" pekik keempat orang itu sambil menatap Arsen tegas.

-----

"Bye, Sen! Aku siang mau makan bareng Juli, Wira, dan Mas Praja ya!"

Today I Fudged UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang