28. She Does't Know

2.9K 426 80
                                    

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

Arsen menghembuskan napas lega ketika menatap mejanya yang rapi dengan seluruh berkas dan laporan yang selesai ia periksa.

Komputer di depannya pun cuma menunjukkan kondisi desktop yang polos tanpa file ataupun folder yang dibuka.

Menatap jam yang menunjukkan masih ada dua jam menuju waktu bubaran kantor, Arsen dengan ragu meraih iPad miliknya dan membuka aplikasi yang lama berdebu karena gak pernah ia gunakan.

Laki-laki itu tersenyum kecil sambil mengingat seseorang yang selama ini terus ada di pikirannya.

Dengan lihai, Arsen membentuk garis-garis tegas menggunakan drawing pen miliknya. Keningnya sesekali berkerut melihat garis-garis yang ternyata gak cukup memuaskannya.

"Halo?" Jawab Arsen cepat ketika handphonenya berdering.

"Lagi kerja gak? Aku di toko donat nih," ucap Giya dari sebrang telepon.

Arsen menggeleng sambil menatap sketsa kasar yang ada di iPad miliknya. "Kebetulan banget kerjaan aku udah selesai, Ya. Kamu di toko donat sama siapa?"

"Sendiri," jawab Giya santai. "Baru selesai ketemu klien, terus laper tapi gak mau makan berat sekarang gitu. Jadinya nyari donat."

"Mau gak?"

"Mau deh," ucap Arsen tanpa berpikir panjang.

"Sekali-kali kamu ke ruangan aku lagi dong, Gi. Gak bisa ya?"

"Lihat situasi deh, kalau pada sepi nanti aku ke sana."

"Oke, aku tunggu."

"Hmm terus itu kamu lagi ngapain?"

"Lagi iseng aja mainin iPad," jawab Arsen seadanya.

"Oke, deh. Tunggu bentar ya? Aku ini di mall deket kantor kok, paling jalan aja ke situ."

"Mau aku siapin minuman?" Tawar Arsen.

"No, no, aku udah beli kopi buat kita."

"Hahaha inisiatif banget!"

"Oh, iya dong. Biar semangat kerja sampai jam pulang."

Arsen tertawa pelan sampai akhirnya sambungan telepon kembali terputus.

Tanpa sadar ia terdiam dengan ujung bibirnya yang naik ke atas.

Kalau dipikir-pikir, Giya membantunya dalam banyak hal.

Arsen ada di titik ini. Di mana ia perlahan-lahan mau menerima letak kekurangannya, juga mau menerima kalau ia punya kelebihan, tentu salah satu faktor terbesar adalah karena bantuan Giya.

Arsen ada di titik di mana ia bisa menikmati waktu bekerja di kantor. Perlahan-lahan mau membuka diri atas kemampuan dan ketidakmampuannya. Berani diskusi. Dan bahkan munculnya perasaan sayang pada perusahaan pun, ia tahu Giya punya andil besar akan itu.

Today I Fudged UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang