16. Exploded

3.7K 420 310
                                    

CW // SEXUAL SCENE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


CW // SEXUAL SCENE. 21+ READER ONLY.

-----

Giya menatap pintu lift yang tertutup sambil menunggu angka bergerak menuju lantai 1 tempat di mana ia menunggu.

Suara napas pendek-pendek dari Arsen yang masih terduduk di tangga darurat membuat Giya terdiam sebentar dan akhirnya memutuskan menekan tombol menuju lobi.

Giya mengisi air dari dispenser umum yang disediakan di lobi dan mendekati salah satu satpam yang bertugas sore itu.

"Pak, di tangga situ ada Arsenal, penghuni lantai 12," ucap Giya sambil menunjuk arah ke tangga darurat. "Tadi dia ngiranya bukan simulasi gempa, jadi lari sampai situ."

"Waduh, Mbak. Terus gimana? Ada yang perlu dibantu?"

Giya mengangguk. "Ini kasih air minum aja, Pak. Bilang aja dari Bapak gak sengaja lihat dia diem di tangga."

"Kenapa gak bilang dari Mbaknya?"

"Gak apa-apa," jawab Giya sambil tersenyum kecil. "Pokoknya bilang dari Bapak ya? Jangan bilang dari saya loh!"

"Aduh, aduh, iya deh, Mbak. Kasih ini minum aja kan?"

Giya mengangguk-angguk meyakinkan. "Iya, Pak. Tolong ya? Maaf banget ngerepotin."

-----

"Maaf loh, Arsen. Bulan ini pertemuan kita harus diadakan di rumah," ucap Mama Tania sambil tersenyum menatap Arsen yang baru menghabiskan makan siangnya.

Arsen tersenyum kecil. "Gak apa-apa, Tante."

"Maklum lah, Sen. Si Tante kan baru keluar dari rumah sakit beberapa hari lalu, jadi weekend ini masih harus istirahat," ucap Papa Tania.

"Untung Arsen gak pernah mengecewakan ya, Pa? Tetep mau dateng ke rumah,"lanjut Mama Tania menimpali.

Papa Tania mengangguk setuju. "Betul. Kamu memang terbaik loh, Sen."

"Bahkan jujur aja, Tante dan Om ini lebih senang kamu yang jadi menantu kita dari pada Tristan. Tapi ya apa boleh buat, dia Papanya Tita," ucap Mama Tania sambil menghembuskan napas.

Arsen gak tahu bagaimana harus merespon kedua paruh baya di depannya ini dan ia cuma bisa tersenyum.

"Kita harus terus akrab dan dekat seperti ini, Sen! Bahkan Om setuju kalau kamu mau ikut mengurus Tita sama-sama kita."

"Betul. Karena Tante tahu cinta kamu sama Tania itu tulus banget, dan pasti kamu gak bisa lupain anak Tante kan?"

"Ehkm," Papa Tania berdehem pelan. "Om dan Tante mau kamu melangkah ke masa depan, dan berharap kamu gak akan melupakan anak Om."

Arsen mengangguk kecil dan langsung meraih gelas berisi air putih di atas meja. Tenggorokannya tiba-tiba terasa tecekat. "Iya, Om, Tante. Arsen gak lupain Tania."

Today I Fudged UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang