_ALFAREZI KAVINDRA 📍 46_

3K 262 107
                                    

*****

🌼

ALFAREZI KAVINDRA

🌼

Huaaa akhirnya up, lama gak up ya😭
Jangan bosen ya sama cerita fii
Tenang prend bentar lagi end kok ehehe
Ramein kuy ramein biar cepet end.

🌼

Mon maap banyak typo bertebaran
Benahi ya prend
Terimakasih ❤️

🌼

*****

HAPPY READING ‼️

🌼🌼🌼

"Gimana dok kondisi den Alfa?" tanya bi Atin khawatir.

Dokter Citra menghela nafas kembali, menatap wajah tampan Alfa dengan sendu.

"Kondisinya mulai membaik. Tapi..." ucap dokter Citra menghela nafas untuk sekian kalinya.

"Tapi kenapa dok?" tanya bi Atin.

"Penyakit Alfa semakin parah. Kanker darah stadium akhir ini semakin membuat tubuhnya melemah. Apa lagi kerusakan pada ginjalnya juga semakin parah, akibat sering di pukul bagian perut dan terus-menerus mengonsumsi obat-obatan yang berlebihan. Saya mohon, ibu bisa meminta Alfa untuk berobat ke luar negri. Karena di sana kemungkinan besar Alfa bisa sembuh walau membutuhkan waktu yang lama. " lanjutnya menjelaskan.

Bi Atin hanya bisa diam dan menangis. Ia tak pernah menyangka bahwa tuan mudanya separah ini.

"Baik, nanti biar saya bujuk den Alfa dok." ucap bi Atin di sela tangisnya.

"Ini obat yang harus di minum oleh Alfa. Dan satu lagi,  Alfa jangan sampai mengonsumsi obat-obatan yang berbahaya lagi, apa lagi dalam dosis berlebihan. Itu, akan semakin meperburuk keadaan ginjal alfa." Dokter Citra menyerahkan obat kepada bi Atin.

"Baik dok, terima kasih." bi Atin menerima obat tersebut.

"Alfa akan segera sadar, saya masih ada tugas. Jadi,  tidak bisa berlama-lama di sini Bu. Saya pamit," pamit dokter Citra sopan, tak lupa juga ia tersenyum.

"Baik dok, mari saya antar." Dokter Citra mengangguk.

Setelah bi Atin mengantar dokter Citra untuk pulang, ia kembali lagi ke kamar. Menatap tuan mudanya dengan sendu. Keluarganya tak pernah peduli dengan tuan mudanya, bahkan mereka menyiksanya dengan keji. Sebagai pembantu rumah tangga, ia hanya bisa diam tanpa memberontak. Ingin sekali rasanya ia membela Alfa, tapi posisinya tidak tepat untuk hal itu.

Bi Atin menghela nafas panjang "bangun den, jangan bikin bibi khawatir."

"Euhhh.."

Lenguh Alfa dengan mata yang perlahan tebuka. Tangannya terangkat memegangi kepalanya yang terasa pusing dan sakit.  Menatap sekitar hiangga ia menatap bi Atin yang menangis. Ia benci tangisan itu, tangisan kekhawatiran. Ia tidak ingin membuat orang merasa khawatir.

ALFAREZI KAVINDRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang