Hari menginjak siang, Sheryl memutuskan untuk mandi, meyegarkan tubuh. Sejak kemarin dia tak sedikitpun meninggalkan Sahla yang masih belum membaik.
Beberapa penjenguk datang silih berganti. Dari mulai eyang mereka, sampai sepupu yang entah karena paksaan siapa mereka datang. Hingga ada dua orang muncul.
Maul dan kakaknya, menjenguk Sahla. Masih teringat jelas di otak Sheryl jika di hari Sahla pingsan dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Maul dan keluarganya pergi ke rumah Sahla. Telinga Sheryl menangkap kata lamar melamar di sana, tapi sepertinya Sahla masih ragu dengan jawaban atas pinangan Maul padanya.
Obrolan terjalin diantara ke empatnya. Sahla hanya sesekali merespon karena kondisinta yang lemah. Hingga ada ucapan salam terdengar dari pintu ruang rawat. Beberapa orang asing muncul.
"Mas? Kamu ke sini?"
"Gus?"
Mata mereka bertemu.
"Abang?"
Sheryl terdiam, memantau situasi. Dia tidak kenal dua orang yang baru saja datang.
"Kalian saling kenal?" Maul menatap Sahla dan sosok yang kini mengulurkan tangan padanya.
"Bang, bisa bicara sebentar? Berdua?" pinta Ail.
"Kita bahas nanti. Aku ke sini mau jenguk Sahla."
"Abang," lirih Ail kakak Maul, sembari mendekat pada pria yang kini berdiri di samping adiknya.
"Bang, lu nggak usah salah paham soal yang kemarin udah kelar kok. Gue nggak tau kalau lu kenal ama Sahla."
Kehadiran dua orang lain membuat suasana semakin memanas.
"Ini ada apa sih? Gus Uta kenal sama Mbak Ail?" tanya Sahla.
"Gus Uta? Ini Bang Abbas, cowok yang mau nikahin Mbak Ail."
"Apa? Uta?"
Sahla menoleh, dia hapal betul suara bernada terkejut itu milik siapa. Kini Uta menjadi pusat perhatian.
"Jadi, kamu nikung aku?" tanya Ubay pada sang adik.
"Bang, maksudnya apa? Abang kenal sama Gus Ubay?" tanya Ail kebingungan.
"Ya Allah, jangan bilang kalau Gus Uta sama Mbak Ail mau nikah? Astagfirullah, serius? Gus Uta nikung kakaknya sendiri?" pekik Sahla.
Mata Maul dan Sheryl membulat. Uta menyugar rambutnya.
"Abang kenapa nggak cerita kalau Abang adiknya Gus Ubay?!" Ail menatap Uta, menuntut penjelasan.
"Serius? Bang kalian kakak adik?" tanya Maul.
"Iya, kami kakak adik. Kang Ubay nomor satu, Mas Uta nomer dua, aku nomor tiga," ucap Nay yang sedari tadi terdiam.
"Maaf Mas, aku terlanjur serius sama Ail," ucap Uta.
Ubay menghembus napas. Dia kemudian terkekeh.
"Ya sudah. Aku ikhlas."
Uta mengikuti akhwat tadi keluar dari ruang rawat Sahla.
"Masih panas?" tanya Ubay pada Sahla yang tak sedikitpun berani membalas tatapnya.
"Udah mendingan kok, Mas. Makasih sudah mau datang."
"Nay, dia ngerengek minta dianter ke sini. Tapi ternyata malah dapat kejutan double."
"Sorry, titip Sahla dulu sebentar ya. Gue mau ketemu ama orang dulu di bawah, bentar."
Sheryl menginterupsi. Setelah mendapat anggukan, gadis itu berlari keluar.
"Gila, itu barusan apaan sih? Drama banget. Ya ampun Sahla. Ribet banget idup lu," batin Sheryl sembari berjalan ke arah luar rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
HADRAH in LOVE (END)
Romance"Hadrah itu apa?" "Hadrah itu akronim." "Akronim?" "H-Harusku A-Akui D-Diriku R-Rindu A-Akan H-Hadirmu" "Apa? Ini pasti kamu buat-buat kan?" "Iya sih. Tapi, Semua umat muslim pasti selalu Rindu pada Rasulullah kan? Berharap syafaat Baginda Rasul di...