Lembayung senja memayungi kota Solo. Sejoli itu kini menikmati langit berdua."Cantik banget ya langitnya," kagum Sheryl.
"Enggak."
Dara berbaju biru itu menoleh.
"Koh, itu loh cantik warnanya. Ombre. Pink, orange, biru, abu-abu, bagus."
Kevin tak mengalihkan pandangnya dari sosok yang sedari tadi ia tatap.
"Yang cantik yang ini."
Meski suka berbicara seenaknya, bergonta-ganti kekasih. Namun, Sheryl baru kali ini merasa gombalan para buaya yang berlabel kekasih itu benar-benar merasuk di hatinya.
Lesung di pipi kanan tak dapat disembunyikan. Semu merah, pipi chubby sang dara menandakan jika ada rasa tersipu yang ia gambar.
Kevin menyadarinya. Selama beberapa bulan mereka menjalin cinta, sang pria sadar jika kekasihnya tak sepenuhnya takluk pada dirinya.
Ia sadar, Sheryl memang mengiyakan keinginannya untuk membina hubungan penjajakan khas anak muda. Namun, tak sepenuhnya gadis itu mengumbar rasa.
Dibalik sikapnya yang mudah berganti pasangan, Sheryl sejatinya tak pernah menyertakan hati di sana. Hanya logika yang ia mainkan. Tidak dengan perasaan.
"Kamu kalau salting tambah cantik," ucap Kevin sembari menunjukkan senyum mautnya.
"Apaan sih. Habis ini aku ambil barang dulu, baru balik ke Jogja."
"Aku ikut. Mau ketemu sama ayah bundamu."
"Ngapain?" tanya Sheryl.
Kevin berdiri dari bangku tempat mereka menikmati sore.
"Kamu udah kenal sama keluargaku. Sudah waktunya aku kenal sama keluargamu."
Sheryl membenahi kuncir rambutnya. Tangan Kevin terulur cepat. Dengan telaten, ia menyisir rambut Sheryl dengan jari.
"Koh, ngapain?"
"Siniin."
Kevin menata rambut Sheryl hingga tergelung rapi bak pramugari. Menampakkan leher dan tenguk mulusnya.
"Cobain style ini. Aku suka lihat tengkuk, leher, sama bahumu. Proporsinya bagus."
Sheryl berdiri cepat. "Eh eh, jangan traveling otaknya hayo. Don't cross the line."
Kevin tertawa. "Ya, makanya. Aku beneran sayang sama kamu, aku beneran pengen milikin kamu. So, kalau memang harus menikah dulu seperti kepercayaanmu, ya aku akan lakuin itu. Yang penting kita bisa bersatu."
Kumandang azan membuat percakapan itu terhenti. Kevin hapal, jika suara azan terdengar, kekasihnya akan mengacuhkan apapun. Dia akan diam selama beberapa saat.
Sheryl menggumamkan sesuatu di bibirnya. Sesuatu yang Kevin tak paham sama sekali meski Sheryl melafazkannya dengan keras sekalipun.
"Allahu akbar, allahu akbar.
Allahu akbar, allahu akbar.
Asyhadu allâ ilâha illallâh'. Asyhadu allâ ilâha illallâh'.
Wa Ayshadu Anna Muhammada Rasulullah.
Wa Ayshadu Anna Muhammada Rasulullah
Lâ haula walâ quwwata illâ billâhi.
Lâ haula walâ quwwata illâ billâhi.
Lâ haula walâ quwwata illâ billâhi.
Lâ haula walâ quwwata illâ billâhi.
Allahu akbar, allahu akbar.
Laa ilaha illallah."Ucapan Sheryl terjeda sejenak sebelum mengucap sholawat. Dilanjutkan dengan doa selepas azan.
"Allahumma shalli 'ala sayyidana Muhammad."
KAMU SEDANG MEMBACA
HADRAH in LOVE (END)
Storie d'amore"Hadrah itu apa?" "Hadrah itu akronim." "Akronim?" "H-Harusku A-Akui D-Diriku R-Rindu A-Akan H-Hadirmu" "Apa? Ini pasti kamu buat-buat kan?" "Iya sih. Tapi, Semua umat muslim pasti selalu Rindu pada Rasulullah kan? Berharap syafaat Baginda Rasul di...