Part 35. Takdir

275 41 37
                                    

"Mas, boleh aku duduk sini?"

Azmi sejujurnya terkejut, ketika ia selesai menunaikan salat lailnya, mendapati sosok yang sangat ia rindukan.

"Dek, kamu sama siapa ke sini?"

"Sendiri. Mas, aku mau minta maaf. Aku khianat."

Azmi mendengar isak Sheryl, membuat dadanya sesak.

"Dek, kenapa?"

"Aku pergi sama Maul, Mas. Aku pergi sama Maul. Aku ... Nggak bisa nepatin janjiku."

Binar terang membuat Azmi kesulitan melihat Sheryl dengan jelas.

"Dek, nggak usah nangis. Nggak apa-apa kok, nggak apa-apa. Udah nggak usah nangis."

"Maafin aku ya Mas."

Azmi hampir tak bisa menahan diri. Dia berusaha mendekati Sheryl dan seketika tubuhnya tersentak.

"Gus!"

Panggilan itu membuat Azmi membuka matanya. Lagi, dia memimpikan Sheryl.

"Kamu kenapa?" tanya Ustadz Ahkam.

Azmi menggeleng.

"Gus Az nggak nafas dari tadi," ucap Hendra panik.

Sementara itu Azmi mencoba mengingat apa yang terjadi dengan dirinya. Dua minggu ini, dia selalu melihat Sheryl datang dan minta maaf padanya.

"Tadi, apa Dek Sheryl ke sini kayak kemarin?" tanya Azmi.

"Mbak Sheryl? Mbak Sheryl nggak ke sini. Kemarin emang Mbak Sheryl ke sini?"

"Dia tiap hari dateng pas kita manggung," kata Azmi.

Ustadz Ahkam terdiam. Hendra, Aban, dan Majid yang mendebat Azmi. Mereka berlima kebetulan menempati kamar yang sama. Sekarang, mereka tengah berada di Purwokerto. Masih setengah jalan mereka menyelesaikan rangkaian tour.

"Dek Sheryl itu pasti dateng," tegas Azmi.

"Enggak Az. Bukan Sheryl. Itu ... Bukan Sheryl."

Ketukan di pintu terdengar. Aban segera membuka pintu. Habib berdiri di sana.

"Azmi, anakku. Kemari," kata sang habib.

Azmi segera mendekat. "Dalem, Buya."

"Pulanglah. Temui calon istrimu. Ambil ini, jadikan hadiah untuknya. Jika memang kamu yakin, silakan nikahi dia secepatnya. Jika tidak, tinggalkan dia. Kamu laki-laki, kamu boleh menentukan pilihanmu. Ujianmu dimulai dari sini. Melangkah lah sesuai ketetapan hatimu."

Azmi sebenarnya sedikit bingung, kenapa tiba-tiba dia disuruh pulang. Apakah dia melakukan sesuatu kesalahan.

"Pulanglah, Ustadz Syam menjemputmu."

Benar saja, pamannya datang. Tak ada apapun terucap.

"Ummi kangen sama kamu. Pulang dulu," ucap Ustadz Syam.

Ketika menyangkut tentang neneknya, Azmi tak mau berpikir dua kali. Dia langsung menurut. Setelah berpamitan, mereka pulang. Perjalanan yang ditempuh dari Purwokerto menuju Jogja cukup jauh. Beruntung, Ustadz Syam juga mengajak dua santrinya untuk bergantian mengemudikan kendaraan.

Karena segala sesuatu yang serba terburu-buru membuat Azmi lupa jika ponselnya masih ditangan Ustadz Ahkam. Ingin rasanya dia menghubungi Sheryl.

"Om, Tante Ifah di rumah sama siapa?" tanya Azmi saat mereka sudah memasuki perbatasan Jogja.

"Sama Khawla, sama Lulu. Ponakanmu sudah lahir. Kamu mau nengok?" tanya Syam.

"Anaknya Mas Ubay?"

HADRAH in LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang