Part 24. Antara Ego dan Rasa

252 38 10
                                    

Sheryl segera masuk ke rumah yang baru ditempati oleh pasangan muda beberapa waktu lalu. Ubay, terlihat tertunduk di kursi sedang istrinya menangis di kamar.

"Mas Ustadz, kenapa?" tanya Sheryl.

Ubay menghela napas. Dia agak terkejut dengan kehadiran Kevin di sana.

"Bang Ubay Assalamualaikum," sapa Kevin.

"Wa alaikumussalam, Bang Kevin."

Keduanya bersalaman sementara Sheryl menghampiri Sahla.

"Kamu kenapa?" tanya Sheryl.

Sahla menyerahkan sesuatu.

"Masyaallah, Alhamdulillah!"

Sheryl memekik kegirangan. Dia bahkan melompat-lompat fan mengucap syukur bak anak kecil.

"Selamat ya! Terus kenapa nangis sih?"

Sahla menatap sepupunya sendu.

"Mas Ubay nggak mau punya anak dulu."

"Ha? Apa?"

Sheryl segera keluar kembali dan menemui iparnya.

"Mas Ustadz! Kenapa tega kayak gitu?!"

"Sher, bukannya nolak. Tapi, awalnya aku pikir akan lebih baik ditunda dulu. Kami masih pisah rumah. Dia masih kuliah."

"Kalau tau gitu kenapa dikelonin juga itu bocah! Mas Ustadz nggak sepolos itu kan? Tau sistem reproduksi kan? Kalau Mas mau nunda kenapa nggak mikir dari awal. Kalau udah jadi, terus mau gimana?" Sheryl berkacak pinggang.

"Suka heran deh sama laki-laki. Pas bikin aja semangat. Giliran jadi pada kek uler kadut. Dasar lelaki!" sungut Sheryl sembari menunjuk wajah Ubay dan Kevin.

"Aku tanggung jawab kok," lirih Kevin.

"Eh eh, aku juga tanggung jawab. Ya itu emang anakku sama Sahla. Tapi kemarin planning awalnya tuh nggak gini. Aku cuma takut nggak bisa ngawasin dia, jagain dia selama hamil. Aku punya banyak jadwal yang agak sulit buat ngerubah. Dan dia nggak mau cuti kuliah juga."

Sheryl menghembus napas.

"Mas Ustadz! Jangan khawatir. Aku bakal jagain Sahla sama ponakanku. 24/7 deh. Aku mau cancel dulu rencanaku ke Jakarta buat kerja. Aku kan tetep bisa cari uang. Lagian anak kan rejeki, jangan ditolak. Aku yakin, keturunan kalian keturunan hebat, kuat, dan bermartabat. Dih, omonganku kayak caleg."

Ubay menatap Sheryl lekat.

"Kamu serius?"

Sahla ikut keluar dari kamar. "Tapi, Sher, itu kan kerjaan impianmu?"

"Sa, kerjaan itu bisa dicari. Duit juga aku masih punya banyak. Ayah juga asetnya banyak. Tenaaang. Tapi kalau ponakan, belum tentu datang dua kali."

Sheryl duduk di kursi, di seberang Kevin.

"Aku selalu lemah kalau udah berhubungan sama anak-anak. Karena sering denger cerita Bunda sama Ayah yang berjuang buat bisa punya anak. Pas lahir pun, aku hampir mati dua kali loh. Aku nggak bisa bayangin betapa sedihnya mereka. Makanya, waktu aku liat Keanu, seketika aku lemah. Jujur aja aku kecewa dan nggak bisa lepas Koko gitu aja tapi, aku jatuh cinta sama Keanu. Dia nggak berdosa. Lucu, ganteng. Aku nggak tega kalau bayangin dia hidup tanpa keluarga yang utuh."

Kevin menatap mantan tunangannya itu.

"Sher, maaf."

"Semua udah takdir. Udah jalannya. Jadi, kalian berdua juga harus nerima kehadiran si dedek bayi dengan bahagia. Aku bakal nemenin. Ummi Sahla sama dedek bayi. Biar Abi Ubay nggak repot jagain. Nggak perlu khawatir. Aku siap jagain dengan rela ikhlas dan senang hati."

HADRAH in LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang