Part 45. Tentang Keanu

305 45 14
                                    


Azmi masuk ke dalam ruang rawat sang istri sembari merangkul Kevin. Jangan ditanya betapa kagetnya Sheryl dan Sulthon.

"Ngapain kamu ke sini?" geram Sulthon.

Ia berusaha menahan diri agar tak meledak. Takut mengganggu cucunya yang tengah tertidur di pangkuan sang istri.

"Ayah, sabar dulu. Kevin ke sini beritikad baik kok. Ya kan?" Azmi menengahi.

"Om, Tante, Sheryl, aku ke sini mau minta maaf. Az udah cerita semuanya. Maaf, semua salahku. Aku sempat berniat buruk, maaf. Aku minta maaf."

Pria beranak satu itu berlutut, meminta maaf. Rani tentu tak tega melihat sosok Kevin terlihat sangat menyesal. Sheryl tak merespon, ia takut salah langkah, sedangkan Sulthon hanya diam.

"Daddy, napa?"

Keanu yang sedari tadi mengamati bayi kecil di dalam inkubator kini menatap ayahnya.

"Daddy sedang minta maaf," ucap Nisa mencoba menjelaskan pada si kecil.

"Daddy nakal ya Ummi?"

Nisa menggeleng. "Daddy bukannya nakal, tapi salah paham. Tapi, Daddy hebat, Daddynya Kean mau mengakui kesalahannya. Itu namanya ksatria, pemberani. Dalam agama kita, perilaku seperti ini patut dicontoh. Kalau salah, akui, minta maaf dan berjanji serta berusaha tidak mengulangi kesalahan itu lagi."

Seluruh orang di ruangan itu mendengar ucapan pelan Nisa. Sheryl, Azmi, dan Sahla tersenyum menatap Nisa dan Keanu. Bocah itu tiba-tiba meminta turun dari gendongan Nisa dan ikut sang ayah bersimpuh.

"Maafin Daddynya Kean ya," kata bocah itu.

Kevin dan semua orang di sana terkejut melihat tingkah sang bocah. Azmi segera meminta Kevin berdiri, ia menggendong Keanu.

"Jagoan, kamu pemberani sekali," puji Azmi.

Bocah itu meringis. "Kean mau jadi pemberani, seperti khalifah sayyidi Ummar bin Khatab. Menjadi pejuang islam yang tak takut apapun. Kecuali pada Allah."

Belum genap lima tahun usianya, tapi dia begitu paham tentang makna keberanian serta mengidolakan sosok sahabat Rasulullah. Ketika anak seusianya mengidolakan spiderman, dia dengan lantang mengucap ingin seperti khalifah Ummar bin Khattab.

"Masyaallah, siapa yang bercerita tentang sayyidi Ummar?"

"Ummi."

Azmi menyenggol Kevin. "Kamu harus naikin gaji Nisa. Kalau perlu naikin statusnya. Mendidik anak dengan ajaran agama sejak dini itu tidak mudah. Nisa berhasil mendidik Kean, artinya dia pantas mendapat apresiasi lebih. Kamu bahkan nggak tahu siapa Ummar bin Khattab kan?"

Nisa hanya menunduk, tak berani menatap siapapun di sana. Ia memposisikan diri sebagai pembantu Kevin, yang tak seharusnya berada di tempat yang sama dengan sang majikan.

"Koh, ngurus anak sendiri susah loh. Nggak pengen ditemenin apa gimana? Mumpung ada serbuk berlian surga tersedia." Sahla mengusulkan ide.

Sheryl tersenyum. "Nasabnya jelas. Agamanya jelas terbukti bukan hanya sekedar KTP. Cantik. Apa lagi yang kurang? Ya kan, Nis?"

"Mbak Sher, jangan gitu ih. Nisa udah punya Mas Hendra," jawab Nisa cepat.

"Hendra?"

"Jadi calonnya Mas Hendra itu kamu?" Azmi dan Sheryl kompak terkejut.

Nisa tersipu. Berbeda dengan Kevin, pria itu menatap pengasuh anaknya dengan raut tak terdefinisi.

Obrolan terjalin setelahnya, Azmi dan Sahla mencoba mencairkan suasana. Rani dan Sheryl memilih untuk netral, sedang Sulthon menyibukkan diri menemani cucunya.

HADRAH in LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang