Beberapa bulan kemudianPemandangan khas desa terlihat di sekitar lingkungan Madrasah Ibtidaiyah Darussalaam. Beberapa murid terlihat di lapangan sekolah, tengah mengikuti pelajaran olahraga.
Mata seorang gadis mengerjap mengamati kondisi sekitar sekolah yang sudah beberapa bulan menjadi tempatnya mengabdi itu.
"Dor!"
Sheryl terkejut. Sementara itu si pelaku terkekeh.
"Ngelamun terus."
"Ngagetin aja sih!" protes Sheryl.
"Zina pikiran, lamunan, khayalan, akan senantiasa terus berputar-putar di dalam hati manusia dan tak akan ada habis-habisnya. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat."
Sheryl terdiam, ia mengamati pria berseragam krem dengan peci hitam di kepala itu.
"Jadi, dari pada gabut, dari pada ngelamun. Lanjut hapalannya. Katanya malu, kalah sama anak kelas lima MI yang udah hapal Juz Amma."
Bibir manyun Sheryl menunjukkan rasa kesalnya pada sosok Azmi yang menceramahinya tiap hari.
Ya, selama magang, ia menjadi rekan kerja Azmi dan Aban di MI Darussalaam.
"Kangen calon ya?" tanya Aban yang duduk di sebalik pembatas ruangan.
"Enggak juga sih, minggu kemarin dia baru balik kok. Kami fitting, cuma dia ada urusan jadi yang jadwalnya libur tiga minggu jadi cuma seminggu."
"Jangan-jangan, ada yang lain di sana, eh," seloroh Aban.
Azmi menggeplak kepala rekannya.
"Hus!" tegur Azmi.
"Kalau dia ada yang lain, aku masih punya serep kok. Kalian berdua," sahut Sheryl kesal.
Aban tertawa. "Aku sih seneng dapet bidadari, tapi situ yang seneb, dapet modelan begini."
"Assalamualaikum." Suara salam terdengar lembut.
Sosok gadis polos berjilbab senada dengan gamis maroonnya itu masuk ke dalam ruang guru.
"Mas, ini dari Ummi."
Sheryl berdiri dan melongokkan kepalanya ke papan pembatas.
"Cie, ehem ehem. Makan siang gratis lagi."
Sheryl merasa punya kesempatan menggoda Azmi.
"Nisa, nggak usah repot-repot gini. Bilang Ummi makasih ya. Tapi, beneran deh, aku malah nggak enak, tiap hari makan gratis."
Gadis bernama Khairunnisa itu menatap Azmi penuh damba.
"Kata Ummi nggak repot kok."
"Iya nih, terima aja. Harusnya Kang Mas bersyukur, diperhatikan sama calon mertua. Ya nggak, Ban?" tanya Sheryl sembari terkikik.
"Yoi, Ukhti!" seru Aban.
Nisa tersipu. "Dimakan ya Mas."
"Pasti dimakan kok. Sebenernya Mas Az ini tuh malu-malu mau. Dia suka banget kok sama masakanmu," sahut Sheryl merusuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
HADRAH in LOVE (END)
Romance"Hadrah itu apa?" "Hadrah itu akronim." "Akronim?" "H-Harusku A-Akui D-Diriku R-Rindu A-Akan H-Hadirmu" "Apa? Ini pasti kamu buat-buat kan?" "Iya sih. Tapi, Semua umat muslim pasti selalu Rindu pada Rasulullah kan? Berharap syafaat Baginda Rasul di...