Part 20. Broken Heart

265 43 14
                                    

Gadis berjilbab yang masih mengenakan seragam itu. Kini berjalan lunglai menuju ke ruang rawat Nyai Halimah. Setelah menyelesaikan semuanya, ia mencari Azmi tapi tidak ketemu. Alhasil dia mencari ruang rawat Nyai Halimah.

"Nak, kenapa?" tanya Kyai Qasim.

Sheryl sudah mencuci mukanya, tetapi masih terlihat sembab.

"Mbah Yai, apa pendosa kayak Sheryl nggak boleh bahagia?"

"Nduk, kenapa?" tanya Nyai Halimah lirih.

"Koh Kevin udah punya anak, Mbah. Hasil hubungan di luar nikah sama cewek lain. Dan kulo mundur," isak Sheryl.

Gadis itu kembali menumpahkan air matanya. Ia bersimpuh di lutut dengan kepala berada di ranjang Nyai Halimah.

"Astagfirullah." Kalimat itu terucap dari keduanya.

"Sing sabar, Nduk."

"Mbah, Sheryl harus ngomong apa ke ayah sama bunda. Sama keluarga besar Sheryl? Pasti mereka malu kalau Sheryl batal nikah. Semuanya sudah siap, tapi ...."

Sheryl berusaha menahan diri tapi tak bisa. Tangan lemah Nyai Halimah mengelus puncak kepala Sheryl.

"Nduk, sabar. Istigfar. Kamu percaya kan Allah Maha Segalanya? Kembalikan semuanya pada Rabbmu. Ikhlaskan, meski berat. Jadikan ini cambukan untuk kamu. Pelajaran untukmu, untuk tidak berharap pada siapapun selain Allah."

Suara salam dan ketukan di pintu membuat obrolan itu terhenti. Ustadz Syam dan beberapa keluarga datang menjenguk. Sheryl segera melipir, keluar dari ruangan sembari berusaha menghilangkan jejak tangis.

"Dek Chel," panggil Azmi.

Pria itu mengulurkan ponsel yang tadi ia pinjam.

"Makasih."

"Sama-sama."

Keduanya terdiam sejenak, sebelum Azmi masuk ke dalam ruangan. Sheryl berpikir untuk menunggu Sahla datang.

"Dek Chel, makan dulu yuk?" ajak Azmi.

"Mas laper? Aku nggak laper," lirih Sheryl.

"Bayarin aku makan kalau gitu, aku laper, makanan yang dari Nisa belum aku makan. Dan, aku nggak bawa dompet."

Sheryl menatap rekan kerjanya itu. Wajah sendunya seketika berubah jengah.

"Kalau gini aja ngajak ngomongnya selow. Coba kalau lagi nggak butuh, pasti keluar galaknya."

"Dedek Chelil, buluan, Mas lapel," ucap Azmi.

"Dih! Geli! Nggak cocok begituan," dengus Sheryl.

"Emang mau makan dimana sih?" tanya Sheryl.

"Ikut aja ayok, tinggal duduk manis terus bayarin."

Sheryl sedang tak mau berdebat. Dia bahkan sudah kehilangan separuh jiwanya. Membayangkan hidup tanpa Kevin, tentu saja tak akan mudah.

"Sayang, aku punya rahasia yang mau aku kasih tau ke kamu. Tapi, aku lagi nyari waktu yang tepat. Soal masa laluku."

Suara Kevin di hari terakhir mereka bertemu dulu masih terngiang jelas.

"Koh, jujur saja aku sakit. Tapi, melihat wajah tak berdosa anakmu. Aku tidak tega. Apalagi membayangkan hati wanita yang menjadi ibu anakmu. Meski kalian tak saling cinta, tapi, Keanu tak berdosa."

Sheryl yang tadi mengekor Azmi tiba-tiba berhenti melangkah saat mereka melewati area koridor pintu samping rumah sakit.

"Kenapa?" tanya Azmi.

HADRAH in LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang