Subuh baru saja berlalu, gadis bertinggi 158cm itu sudah membelah jalanan Jogja. Menuju rumah sepupunya. Sahla terlihat tengah mengelus perutnya saat Sheryl masuk ke dalam rumah berlantai dua itu.
"Kenapa Sa?"
"Biasalah, sakit dikit."
"Kamu serius mau ke kampus?"
"Iya, kan harus ngumpulin berkas. Kalau mundur-mundur takutnya malah keburu lahir ini ponakanmu."
Sheryl menyapa keponakannya.
"Assalamualaikum ganteng! Udah nggak sabar mau ketemu Onty ya?"
Sahla tiba-tiba meremas tangan Sheryl. Gerakan di perutnya yang cukup aktif membuat wanit itu mengerang.
"Aduh duh, ponakan Onty semangat banget. Kasian Ummi loh, jangan keras-keras geraknya."
Sheryl menuntun Sahla duduk di ranjang.
"Sini, aku pijitin dulu."
Sahla menurut, dia membiarkan Sheryl memijit kakinya yang bengkak sejak sebulan terakhir.
"Sa, gimana sih rasanya hamil?" tanya Sheryl.
Sahla menatap sepupunya.
"Ya seneng, tapi ya kadang suka sakit juga. Campur-campur, tapi banyak senengnya. Ngerasa jadi spesial aja gitu, dipercaya jadi ibu."
Sheryl tersenyum. "Kamu beruntung Sa. Meski hidupmu dulu nggak asik, tapi sekarang kamu dapet jodoh orang soleh, bentar lagi jadi ibu. Masyaallah. Boleh nggak sih aku iri?"
"Kenapa harus iri? Hidupmu kan juga bahagia. Apalagi, insyaallah sebentar lagi kamu nikah sama Mas Azmi."
Sheryl tersipu, sebelum ekspresinya berubah.
"Sa, jujur aku masih takut. Aku takut gagal lagi. Aku pernah berharap sama Koh Kevin. Dan di detik-detik terakhir, semua hancur berantakan. Aku takut kalauㅡ"
"Sher, kita punya Allah. Serahkan semuanya. Inget kata Mas Ubay, niatkan apapun karena Allah, ikutkan Allah dalam setiap langkah ikhtiar kita, dan serahkan hasilnya pada Allah. Ya kan?"
Gadis di depan Sahla mengangguk.
"Mulai besok Mas Ubay cuti, dia mau fokus nemenin aku."
"Wah, jadi tugasku udah selesai dong. Dedek, kalau gitu Onty pamit ya. Jagain Ummi ya Dek. Jangan nakal ya solehku."
Sheryl mengusap perut Sahla. Wanita itu sesekali mengernyit.
"Sakit banget ya Sa?" tanya Sheryl.
"Enggak sih, cuma ya gitu. Rasa intens aja sakitnya dari kemarin."
Ponsel Sheryl berdering, ia melihat ke arah layar dan mematikan panggilan.
"Loh, kok nggak diangkat?"
"Maul. Kesel aku sama dia. Semalem kami berdebat gitu. Dia ngajak meet up. Tapi, Mas Az udah pesen sama aku, aku nggak boleh pergi sama Maul. Dan, aku mau nurut sama Mas Az. Nggak tau kenapa, rasanya pas dia ngomong aku nggak boleh pergi sama Maul tuh kayak dalem gitu loh, seolah bakal kejadian apa-apa kalau aku pergi."
Sahla tersenyum.
"Ya udah nggak usah pergi. Kamu sama aku aja. Kasih pengertian ke Maul."
"Aku takut Mas Az marah. Rasanya kayak ada sesuatu aja gitu yang mengikat aku biar nurut sama Mas Az. Kayak, apa ya? Ini bukan toxic sih menurutku. Apa ya? Susah ah dijelasinnya. Ada hal yang bikin aku tuh pengen patuh ke dia. Ya walaupun kami belum resmi nikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
HADRAH in LOVE (END)
Romance"Hadrah itu apa?" "Hadrah itu akronim." "Akronim?" "H-Harusku A-Akui D-Diriku R-Rindu A-Akan H-Hadirmu" "Apa? Ini pasti kamu buat-buat kan?" "Iya sih. Tapi, Semua umat muslim pasti selalu Rindu pada Rasulullah kan? Berharap syafaat Baginda Rasul di...