"Mas."
Panggilan itu memanjakan telinga, begitu merdu mendayu mengusik rungu. Tangan milik dara berparas ayu itu mengunci tubuh sang pria , mendekapnya, seolah takut lepas. Namun, pria yang dipeluk hanya diam. Seolah tubuhnya membatu hingga tak sanggup membalas dekapan sang gadis.
"Mas Az. Aku pergi sama Maul dulu ya?"
Rahang pria itu seketika menegang.
"Jangan," batin sang pria. Namun, beda dengan yang keluar dari bibirnya.
"Pergilah." Kata itu terucap seolah ia tak peduli akan gadis yang baru saja memeluknya.
Perlahan gadis itu menjauh, menyambut tangan lain dengan senyum yang dipaksakan. Kepalanya kembali menoleh ke belakang, seolah ingin jika Azmi menahannya.
Di detik berikutnya, Azmi tak mampu lagi menahan rasa. Tangannya berusaha mempertahankan tubuh sang gadis. Namun, sia-sia, dia terlanjud pergi dan suara benda terbentur keras terdengar.
"Mas Az ... Tolong aku," lirih menyayat dan begitu memilukan. Rintihan beriring wajah pucat pasi bersimbah darah.
"Az! Azmi!"
Pria berpeci dan bersarung yang baru selesai menunaikan salat ashar itu seketika tersentak.
"Astagfirullah," ucapnya.
"Kenapa? Wiridan kok tidur," tegur Ubay.
Azmi mengusap wajahnya.
"Dek Sheryl," lirih Azmi. Pria itu menoleh ke arah suara dimana seorang gadis bergamis biru tengah menggendong sepupunya, yang tengah berbincang dengan Sahla di serambi masjid.
"Sheryl kenapa?" tanya Ubay.
Azmi menggeleng. Dia kaget saat Ubay menangkap gumaman lirihnya.
"Nggak mungkin nggak apa-apa. Kata Simbah, akhir-akhir ini kamu sering ngelindur. Kenapa? Mimpi apa?"
"Nggak kok Mas. Nggak apa-apa."
Ubay terkekeh. "Kamu suka sama Sheryl?"
Azmi menggeleng cepat.
"Jangan bohong," sindir Ustadz Elhaq yang tadi menjadi imam jamaah ashar di masjid Darussalaam milik Kyai Qasim.
"Aku ... Aku aja nggak tau suka itu gimana," jujur Azmi.
Ubay dan Ustadz Elhaq tertawa. Sementara pemuda lain, Zulfikar, putra Ustadz Syam diam-diam mendengarkan sembari melafalkan kalimat di kitab yang ia pelajari.
"Aku juga butuh waktu untuk sadar kalau aku dulu tertarik sama istriku," jujur Ustadz Elhaq.
Pria itu menggeser tubuhnya maju, agar lebih dekat pada dua keponakannya.
"Aku banyak berpikir, apa iya kekaguman bisa membawa rasa suka, cinta, dan sayang. Dan, butuh proses panjang sampai akhirnya aku dan Khawla bersama. Nggak sesingkat kisah Ubay," lanjutnya.
Sementara itu Ubay terkekeh. "Ya, Alhamdulillah, walau ada dramanya, tapi kisahku cenderung simple. Belajar dari para tetua ini yang ribet banget mau dapet istri, makanya waktu ketemu Sahla lagi, aku langsung lamar dia. Takut ribet. Ya walau taruhannya waktu itu, harus menanggung malu misal ditolak. Lagi di majelis loh. Banyak orang," kekeh Ubay.
Ustadz Elhaq tertawa. "Kepedean kamu, Bay. Kalau aku dulu, apa-apa cerita ke bapaknya Ubay. Beliau yang ngasih wejangan ini itu. Sampai akhirnya kami bersama. Bahkan, aku sempat rebutan sama Mas Syam."
Azmi mengernyit. "Serius, Om?"
"Loh, iya. Istriku itu hampir nikah sama Mas Syam. Aku ngalah waktu itu. Tapi, Alhamdulillah. Pas aku ke Malang, kuliah lagi, eh ketemu tuh sama Zul sama Mbak Ifah. Aku bawa mereka pulang. Dan Mas Syam akhirnya rujuk sama Mbak Ifah. Terus Khawla patah hati, aku sembuhin deh. Disambung pake lem cinta, merk lembayung senja."
KAMU SEDANG MEMBACA
HADRAH in LOVE (END)
Romance"Hadrah itu apa?" "Hadrah itu akronim." "Akronim?" "H-Harusku A-Akui D-Diriku R-Rindu A-Akan H-Hadirmu" "Apa? Ini pasti kamu buat-buat kan?" "Iya sih. Tapi, Semua umat muslim pasti selalu Rindu pada Rasulullah kan? Berharap syafaat Baginda Rasul di...