Part 43. Puas?

367 50 16
                                    

Tujuh bulan kemudian ....

Suara kokok ayam terdengar nyaring. Pria yang tengah menikmati hari liburnya itu menoleh ke kanan ke kiri,  tak ia dapati sosok sang istri. Setelah meregangkan tubuhnya, Azmi, segera beranjak dari kasurnya.

Senandung sholawat terdengar dari arah dapur. Bau gurih masakan tercium, membuat perutnya bergolak. Bidadari surganya tengah asik memasak. Tubuh berbalut piyama bermotif daun itu seolah memanggil Azmi untuk segera mendekat dan merengkuhnya.

"Mas! Ngagetin aja," protes Sheryl saat  tiba-tiba tubuhnya didekap sang suami.

"Masak apa, Ummi?"

Pertanyaan itu meluncur dengan suara bantal Azmi yang membuat Sheryl merinding.

"Masak sayur asem. Katanya ada yang ngidam sayur asem?"

Azmi menggesekkan hidungnya di pipi sang istri.

"Enak ya kalau punya istana sendiri," bisik Azmi sembari menggendong sang istri ke atas meja.

Sheryl baru hampir mengeluarkan jurus merepetnya. Namun, cekatan, tangan Azmi mematikan kompor dan membungkam sang istri. Manis rasa ia reguk dari kelembutan bibir sang istri.

Sheryl tak menolak. Tak berani, lebih tepatnya. Apapun yang diinginkan sang suami, selalu ia turuti dan taati. Terlebih, moment berdua yang mereka punya, jarang ditemukan.

Ya, bagaimana tidak, tinggal bersama kakek dan nenek Azmi, tentu membuat keduanya tak bebas bermesraan kapanpun. Terlebih jadwal Azmi yang mulai padat, sekarang.

Tim hadrahnya diundang ke sana ke mari. Belum lagi, undangan tausiyah dan kesibukan sang pria mengajar di madrasah tiap pagi hingga siang.

Tangan kokoh berkulit terbakar matahari itu dengan sigap memindah sang istri ke peraduan mereka. Hati-hati, tentu saja, ada dua nyawa dalam raga istrinya.

"Ustadz, berdoa dulu." Sheryl mengingatkan sembari tersenyum saat sang suami sudah terburu.

Meski tubuhnya tak segesit dulu, Sheryl tetap menunaikan tugasnya dengan sangat baik. Membuat Azmi begitu memujanya. Tak hanya soal perut, tetapi Sheryl bisa membuatnya puas dalam segala hal pemenuhan kebutuhannya.

"Biar Mas aja, kamu anteng," ucap Azmi dengan suara seraknya, sembari membalik posisi mereka.

Sheryl mengangguk, Azmi tersenyum. Pasangan suami istri yang tengah bersiap menyandang status baru sebagai orangtua itu menikmati libur mereka dengan saling mengungkap cinta.

Setelah deru napas mereda seiring keringat yang mengering. Azmi memeluk istrinya dari belakang sembari berbaring. Tangannya mengelus perut sang istri, seolah menenangkan calon anaknya yang ikut terlibat dalam penyatuan cinta orang tuanya.

"Sayangnya Abi, sehat-sehat ya."

"Gimana nggak sehat kalau tiap hari diajakin olahraga, hm?"

Candaan Sheryl membuat Azmi terkekeh.

"Sayur asemnya apa kabar, Sayaaaang. Aku tuh heran, kamu nggak bosen apa?"

"Bosen? Apanya?"

"Tiap hari kamu minta. Emang nggak bosen?"

Azmi menggeleng. "Enak tahu. Kamu nggak suka ngelayanin aku?"

Sheryl menggeser tubuh dan menatap suaminya lekat. Pria yang dulu berwajah imut bak brondong itu kini berubah sangat maskulin.

"Aku cuma takut aja. Takut Abi bosen."

Azmi membalas tatapan istrinya. Ia membiarkan jemari lentik Sheryl membelai wajahnya.

HADRAH in LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang