Part 18. Tahap Selanjutnya

188 33 12
                                    

Suara azan berkumandang indah. Sangat indah hingga air mata Sheryl mengucur deras. Ya, sosok pria tampan berkulit putih yang beberapa waktu lalu ia mimpikan untuk menyuarakan azan, kini nyata berdiri menghadap kiblat sebagai muazin.

Sheryl tak kuasa menahan rasa harunya. Di sampingnya, Sahla bersiap mengenakan mukena. Untuk pertama kalinya, Sheryl menjawab azan sembari menangis. Sahla mengelus punggung sepupunya. Seulas senyum ia gambar.

"Hidayah nggak pernah salah. Nggak pilih-pilih, siapapun yang dikehendaki-Nya, bisa mendapatkan."

"Aku ... Aku masih ngerasa ini kayak mimpi, Sa," lirih Sheryl di sela isakan selepas azan selesai berkumandang.

Gadis itu sangat bahagia. Minggu ini, adalah minggu dimana jutaan nikmat ia dapat. Dinyatakan lulus ujian skripsi, diridhoi untuk berhijab tanpa terkena penalti dari pihak klien, kekasihnya masuk islam, meraih restu orang tua mereka. Semuanya begitu sempurna.

"Jadikan ini sebagai pemacu kamu untuk terus meningkatkan keimanan."

Nasehat Sahla diangguki Sheryl. Iqomah terdengar, membuat keduanya bersiap menjadi makmum dari sosok Azmi, yang selalu menjadi imam di musala kafe yang kini di tangani oleh Jojo, rekan Kevin, pasca diusirnya Katarina dari rumah orang tua Kevin.

Kevin berdiri di samping Faraz, tepat dibelakang Azmi yang bertindak selaku imam. Sementara itu, Sheryl, Sahla, dan Inara berdiri di shaf putri. Salat Maghrib kali itu terasa begitu berbeda. Syahdunya rintik hujan menemani mereka, menghabiskan senja bersama.

"Besok aku berangkat. Titip studio ya Raz. Titip Sheryl juga ya Az. Dia mulai magang di sekolah Mbah Kyai kan minggu depan?"

Azmi mengangguk.

"Titipkan sama Allah, Koh. Semua kan memang hanya titipan Allah," ucap Azmi.

Kevin tersenyum dan merangkul dua sahabatnya.

"Makasih ya, pada akhirnya kita benar-benar menjadi saudara."

"Iya dong, aku ikut seneng, Kev. Kamu bisa menemukan jawaban atas pertanyaanmu selama ini."

Kevin menghembus napas. "Tapi, apa dosaku sebelum ini bisa terhapus? Aku pernah mimpi, aku diseret ke tenpat gelap, depanku cuma ada api. Terus ada anak kecil yang manggil aku. Dia digendong ibunya, dia manggil aku, dia bilang, papa ayo ikut mama. Anak itu turun dan gandeng aku. Pas aku bangun, aku liat Sheryl lagi ngaji sama kamu Az. Yang pas di studio, inget nggak? Di situ aku jadi kepikiran. Apa itu gambaran neraka?"

Azmi melihat wajah Kevin yang memucat.

"Koh, aku pernah denger soal taubat. Ada sebuah ayat bunyinya
ۗ اِنَّ اللّٰهَيُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْن

Sungguh Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang yang menyucikan diri."

Azmi berdehem sejenak sebelum meneruskan kalimatnya.

"Sebaik apapun manusia, pasti pernah berbuat salah. Karena sejatinya manusia adalah tempatnya dosa, tempatnya berbuat salah, dan tempatnya melakukkan maksiat."

"Cara terbaik untuk bertaubat adalah
niatkan untuk benar-benar bertaubat. Sungguh-sungguh menyesali perbuatan itu, meninggalkannya, berjanji tidak akan mengulanginya, dan gantilah dengan ibadah. Dekatkan diri pada Allah. Salat taubat. Perbanyak amalan dzikir, puasa, sedekah, sholawat dan lainnya. Kemudian, ubah lingkunganmu. Circle itu penting loh."

Azmi membenahi pecinya.

"Circle itu sangat-sangat berpengaruh. Ketika kita berkumpul dengan orang soleh, mau tidak mau kita akan ikut dengan mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan. Pun juga ketika kita berkumpul dengan ahli maksiat."

HADRAH in LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang