31

2.3K 305 48
                                    

3 hari lagi, perlombaan bergengsi itu akan di laksanakan. Yolla dan Elzo semakin sibuk mempersiapkan untuk lombanya nanti.

Yolla masih harus menemani Elzo saat pujaan hatinya itu belajar. Yolla juga harus selalu berada di samping Elzo saat Elzo bimbingan bersama bu Sarah.

Jika tidak ada Yolla, Elzo tidak mau belajar. Baginya Yolla adalah obat penenang terampuh saat dirinya gelisah.

Jika dilihat-lihat, Elzo semakin nempel kepada Yolla. Elzo juga banyak berubah setelah kejadian di apartemen minggu lalu. Elzo tidak pernah membanding bandingkan lagi Yolla dengan Jihan.

"Kok muka lo pucat? Lo sakit?" Elzo menangkup kedua pipi Yolla. Matanya meneliti wajah pucat Yolla.

Yolla tersenyum tipis. "Engga" tangannya melepas lembut tangan Elzo yang masih menangkup pipinya. Setelah itu keduanya kembali melanjutkan acara belajar nya.

Hampir satu minggu, Yolla hanya tidur 3 jam perhari. Waktunya dia habiskan untuk menemani Elzo dan belajar. Yolla sering melupakan makan, kumpul dengan daddy dan kakanya. Yang Yolla utamakan adalah Elzo dan belajar.

Olla, Hashia, dan daddy nya sudah sering menegur Yolla untuk tetap ingat waktu saat belajar. Aflan, selaku orang tua satu-satunya Yolla sangat mengkhawatirkan keadaan anak semata wayang nya itu. Meskipun sibuk, Aflan akan menyempatkan waktunya untuk Yolla dan Olla.

"Kalo lo sakit kita tunda aja belajar nya" ucap Elzo lagi.

"Gue enggak apa-apa, El" Yolla mengusap punggung tangan Elzo untuk memastikan bahwa dirinya baik baik saja.

"Gue ambil cemilan dulu" setelah mengusap lembut puncak kepala Yollla, Elzo pergi ke dapur.

Keduanya sedang belajar di rumah Elang dan Bintang. Elzo meminta Yolla untuk datang ke rumah nya atas permintaan Bintang. Wanita yang menjabat sebagai mamanya Elzo itu  ingin memberi oleh oleh untuk calon mantunya. Kebetulan sore nanti Elang dan Bintang baru pulang dari NYC.

"Gue harus minta obat" gumam Yolla saat merasakan pusing di kepala nya semakin menjadi jadi.

Tiap detik pandangan nya semakin buram. Yolla berusaha memfokuskan dirinya kepada tumpukan kertas di hadapannya.

Baru saja ingin bangkit untuk menyusul Elzo, tubuh nya ambruk kebelakang. Yolla tidak pingsan, dia masih sadar.

"Elzo" panggil Yolla lemah.

"Oi! Lo mau jus alpukat apa sirsak?" teriak Elzo dari arah dapur.

"Mangga aja kali ya" Elzo kembali bersuara dari arah dapur.

"El tolongin gue" ucap Yolla lagi dengan suara lemah nya.

Matanya ingin menutup, tapi Yolla masih berusaha untuk tetap sadar. Dia tidak boleh lemah. Yolla tidak mau membuat Elzo khawatir.

"Gue nanya itu jaw-"

"YOLLA" Teriak Elzo nyaring saat melihat wanitanya terkulai lemas di lantai.

Nampan berisi dua gelas jus stroberi dan cemilan ringan itu jatuh berserakan. Elzo tidak memperdulikan jus buatannya. Yang ada di otak Elzo hanya Yolla.

"Yolla, hey" Elzo menepuk nepuk pipi Yolla.

Detak jantung nya mulai tidak normal. Kejadian ini sama persis dengan kejadian Elfa dulu. Di tempat yang sama dan waktu yang sama.

"Yolla, jangan bikin gue takut" Elzo memangku kepala Yolla di atas pahanya. Tangannya benar-benar gemetar hanya untuk meraih handphone.

"Oke Elzo tenang" Elzo menarik nafas dalam-dalam. Setelah di rasa dirinya mulai tenang, Elzo membawa Yolla pergi.

Yolla sudah di tidur kan di jok belakang. Sebenarnya Elzo ingin meminta bantuan satpam atau penjaga di rumah nya. Tapi semua penjaga laki laki itu pergi entah kemana. Ingatkan Elzo untuk menghukum penjaganya itu.

Sambil mengemudi, tangan kiri Elzo di gunakan untuk mencari nomor yang bisa di hubungi, nomor papanya yang tertera paling atas.

"Pa" panggil Elzo dengan suara bergetar.

"Kenapa, El?" saut Elang di sebrang sana.

"Yolla pingsan, pa. El-Elzo gatau kenapa. Elzo gaada kasih dia racun. Elzo takut" Sudut matanya mulai mengeluarkan air mata. Elzo benci dirinya yang lemah.

"Oke tenang, kamu minta tolong orang di rumah buat bawa Yolla ke rumah sakit. Papa bakalan hubungin Rey sama Gavin"

"DI RUMAH GAADA ORANG, PA" Teriak Elzo frustasi. Matanya sesekali melihat kaca spion guna memantau Yolla.

"Lho? Pa Nano gaada?" tanya Elang heran.

"Gaada" jawab Elzo lesu.

"Elzo lagi bawa Yolla ke rumah sakit" lanjut nya.

"Kamu kenapa telpon papa kalo lagi nyetir!"  pekik Elang nyaring.

"Papa masih di bandara. Mama kamu malah asik ngobrol sama temen nya. Kamu tenang jangan panik, papa sekarang nyusul ke rumah sakit"

"Oke pa" jawab Elzo lesu. Dia semakin menambah kecepatan laju mobil. Elzo tidak perduli dengan pengendara lain yang membunyikan klakson akibat perbuatan Elzo.

-

Elzo menggenggam erat telapak tangan Yolla. Sesekali ia mencium punggung tangan wanitanya.

Loli bilang Yolla kecapean, dia kurang tidur, telat makan, Yolla juga memiliki maag.

Elzo benar benar marah terhadap dirinya sendiri. Dia merasa gagal menjaga Yolla. Elzo juga merasa bersalah atas kondisi Yolla. Semua gara-gara dirinya yang selalu ingin di temani oleh Yolla sampai sampai Elzo lupa akan kesehatan gadisnya.

Perasaan Elzo campur aduk. Dia merasa senang dan sedih disaat yang bersamaan. Sedih karena kondisi Yolla yang drop, dan senang karena dirinya merasa ia trauma nya sudah hilang.

Elzo belum yakin, tapi melihat dirinya yang mampu membawa Yolla ke rumah sakit sudah seperti sebuah keajaiban. Elzo memang masih merasakan panik, tapi tidak berlebihan seperti biasanya.

Elzo juga mencoba mengerjakan beberapa soal matematika dengan mendekatkan foto Elfa di pinggir soal matematika. Dan efeknya sesuai dugaan Elzo. Dia tidak merasakan rasa bersalah atau takut. Elzo seperti terlahir kembali.

"Yolla bangun" bisik Elzo tepat di depan telinga Yolla.

"Gue...gue...gue... Gue mau ngucapin beribu ribu terimakasih. Makasih banyak lo slalu ada di samping gue. Semua usaha lo buat bantu gue sembuh dari trauma ini. Makasih, gue sayang lo"

Disaksikan oleh bulan yang mengintip di balik jendela rumah sakit zelita, perlahan bibir Elzo mendekati bibir Yolla.

Dinginnya angin malam seolah berlomba lomba ingin menyaksikan dua permukaan kenyal itu menyatu. Ruangan tulip nomor 30 menjadi saksi bahwa malam ini Elzo mencium bibir Yolla.

Cukup menempel tidak ada pergerakan sudah lebih dari cukup bagi Elzo. Matanya terpejam menikmati hangatnya bibir Yolla.

Perlahan, mata sayu milik Elzo terbuka. Pupil matanya membulat saat melihat Yolla sedang menatapnya.

-

Vote comment 💃🏻









30 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang