BAB 84

34 10 0
                                    



"Tuan Lakis aku kembali." 

Begitu Yuri masuk ke dalam rumah, dia langsung menyapa Lakis dengan sopan seperti yang biasanya dia lakukan. 

"Sudah larut." 

"Aku sudah kembali dengan cepat kukira...." 

Saat Yuri berjalan masuk ke dalam rumah, dia tidak bisa tidak berhenti. Mata merah Yuri terpaku menatap Lakis yang wajahnya terpampang di depannya. 

Merasakan pandangan Yuri, Lakis memiringkan kepalanya dan bertanya. 

"Kenapa kau memandangku seperti itu?" 

"Tidak.... hanya." 

Saat suara rendahnya 

"Tidak... hanya saja."

Saat suara rendahnya mencapai telinga Yuri, Yuri merasa lehernya merinding karena entah alasan apa. Merasakan keraguannya, Yuri menjawab singkat. Bagaimanapun, alasan Yuri mengamati Lakis adalah karena pandangan asing yang tdak bisa hanya didefinisikan denfan 'hanya karena'. 

Yuri tidak tahu kenapa tapi entah kenapa, dia merasa kalau Lakis yang sekarang sedikit berbeda dengan Lakis yang tadi dia meninggalkan rumah. Tetapi dia tidak tahu dimana letak perbedaannya. 

Step

Yuri dengan tenangnya mengamati bagaimana Lakis berjalan menghampirinya. Bibirnya yang terbentuk indah bergerak. 

"Aku mandi terlebih dahulu sambil menunggumu." 

"Suaranya yang rendah dan dalam terdengar di telinga. 

"Nona Yuri, kau juga harus..."

Bagaimanapun, Lakis tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Dia tiba-tiba mengerang dan di saat berikutnya juga menutup mulutnya. Yuri mengamati bagaimana dia mengernyitkan alisnya dan dengan cepat mengangkat tangannya untuk menutup mulutnya. 

Drip, drip, drip...

Lalu Yuri melihat ada secercah darah merah yang melewati jari-jemarinya dan mengotori lantai, satu persatu. 

Untuk sesaat, Yuri menahan nafasnya bahkan tanpa menyadarinya. 

"Tuan Lakis..." 

Mata Yuri memiliki sedikit kegelisahan di dalamnya.

"Apa yang terjadi?"

Pemandangan mata Lakis yang menyipit dan menyimpang seolah-olah dia menahan rasa sakit terbentang di hadapan Yuri. Saat Yuri melihatnya, jantungnya mulai berdetak sedikit lebih cepat. 

"Apakah kau baru saja terluka?"

Yuri berfikir bahwa mungkin saja Lakis terluka ketika Lakis mencarinya di area perbelanjaan tadi siang, jadi dia bertanya. 

Mendengarnya, Lakis melihat mata Yuri dan berkata dengan suara tenang. 

"Tidak. Ini bukan apa-apa." 

Suara dan ekspresinya terlihat seperti dia sedang menenangkannya, Lakis terlihat seperti dia berfikir aklau segala sesuatunya baik-bak saja. 

"Maaf, lantainya jadi kotor karena aku." 

Dengan segala sikapnya, seseorang mungkin saja berfikir bahwa mereka baru saj berhalusinasi kalau Lakis baru saja muntah darah. Tiba-tiba Yuri curiga kalau alasan Lakis sudah mandi adalah karena alasan ini juga. 

"Benarkah ini bukan apa-apa?"

Yuri bertanya lagi untuk memastikan sama seperti sebelumnya, Lakis menganggukkan kepalanya tanda setuju. 

Kamu Salah Masuk Rumah PenjahatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang