BAB 53

89 16 0
                                    


Aku sedikit menyesal. 

' Apa untungnya masuk diam-diam.' 

Jika aku tahu akan ada orang yang akan masuk terang-terangan, aku tentu saja akan masuk dengan menghancurkan jalan. Tetapi sekrang belum terlalu terlambat. 

Bang...!

Aku segera mengarahkan benang tajamku ke arah pintu. Sesuai keinginanku, benang tipis tajamku masuk lewat celah yang sempit dan pintu itu mulai terbelah. 

Crack!

Saat kuncinya terbuka, jebakan yang ada di disana terpicu. 

Swoosh! Crackle!

Aku membelokkan jarum beracun dan menghindari luapan api yang keluar dari dinding. 

Rumble!

Di waktu bersamaan, lantai yang ada di aula seberang mulai runtuh. 

'Mereka semakin pintar dalam membuat jembatan.' 

Aku memikirkan keadaan itu dengan santai. Sambil berfikir, aku melepaskan benang ke atab dan meloncat. 

Shhaaaa...

Setelah beberapa saat, asap reruntuhan yang memenuhi jalanan sudah menghilang. Di bawah terdapat lantai yang berlubang terdapat papan besi yang berisi paku tajam. 

Aku tidak tahu siapa yang mendesainnya, tetapi jebakan itu hanyalah jebakan kuno. Aku menyebarkan benang laba-laba ku yang berada di tanganku ke arah pintu yang rusak melemparkan diriku ke dalam. 

Clang!

Lalu aku menendang pintu dan masuk ke dalam. Gedung itu maishlah sangat ramai, jadi tidak ada satupun yang menyadari keributan yang aku buat. Dan bahkan ketika mereka melakukannya, akan memakan bebraa waktu bagi penjaga untuk sampai kemari. 

Aku meningkatkan kewaspadaanku dan melihat sekeliling, tetapi aku tidak dapat merasakan keberadaan orang lain. Kecuali ada suara nafas lemah yang dapat kurasakan dari tengah ruangan. Aku mengambil beberapa langkah ke depan, menginjak bulu-bulu yang tersebar di lantai. 

Ada kurungan besar di dalam ruangan. Dan di dalamnya, ada orang yang saat ini sedang kucari. Bagaimanapun, mereka terlihat benar-benar berantakan; sayap mereka tercabut seluruhnya, dan mereka semua tertutupi oleh darah. 

Lengan kurus yang tergeletak di luar ruangan bergerak, dan rantai yang membelenggunya berderak dengan keras. Saat wanita itu menengadahkan kepalanya rambut biru bergelombangnya bergerak, menutupi wajahnya. Wajahnya terlihat seiring dengan pergerakannya, menunjukkan beberapa luka kemerahan di wajahnya. 

"Arachne..."

Bibirnya yang tidak berwarna bergerak perlahan. 

"Kau datang."

Dia berada di kondisi yang jauh lebih buruk dari terakhir aku melihatnya di lembaga penelitian. Tetapi tidak sampai pada kondisi yang membuatku tidak mengenalinya sebagi Siren. Pertama, konsep penuaan pada subjek penelitian seperti kami akan semakin melambat ketika kami menjadi dewasa. Tentu saja, aku tidak tahu bagaimana bisa dia terperangkap di tempat ini dalam kondisi separah ini. 

"Mengapa kau memanggilku?"

Aku langsung ke pokok pembicaraan tanpa menunda waktu. Aku tidak akan menanyakan bagaimana dia bisa berada di penjara ini atau tentang bagaimana keadaanyya sekarang. 

Kuduga kau bisa mengatakan apa yang kubilang tadi sepertinya sangat kejam untuk bisa dikatakan sebagai ucapan yang diberikan kepada teman lama yang baru saja kutemui setekah beberapa tahun. Jadi, sikapku ini mungkin terlihat kejam dari sudut pandang Siren. bahkan ketika masih berada di lab dulu, dia pasti mengomel tentang sikapku yang kurang simpati pada orang lain. 

Kamu Salah Masuk Rumah PenjahatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang