•17•|Hujan dan Jaket

3.1K 221 4
                                    

Ahahaahi wkwkw aku nulis ini fast bgt dan jujurly ini aku nulis bab ini duluan sebelum bab 16 A dan B🤣🤣🤣🤣Gatau kenapa kalo tanpa adegan-adegan tanpa belajar di kelas otak langsung lancar😭

Sobuat yag belum vote, pkisss plisss vote cerita ini, buat aku semangat.

Sobuat yag belum vote, pkisss plisss vote cerita ini, buat aku semangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langsung aja, kita baca. Hope you enjoyed!

Menjelang akhir tahun, hujan memang lebih sering datang daripada biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menjelang akhir tahun, hujan memang lebih sering datang daripada biasanya. Bisa saja dalam satu hari, empat sampai lima kali hujan. Atau yang lebih parahnya lagi adalah hujan seharian tidak berhenti sama sekali.

Cuaca juga berubah sangat cepat. Bisa di pagi hari cerah, satu jam kemudian sudah mendung oleh awan hitam.

Persis sekali dengan hari ini. Kelas pengganti PAI yang diajar oleh Azkha baru saja selesai tepat pukul sebelas siang. Alih-alih panas, cuaca di luar kelas sangat deras, padahal tadi pagi matahari seperti sedang ceria-cerianya.

Ara masih termenung di bibir koridor. Ia bingung bagaimana caranya sampai di parkiran tanpa kehujanan. Jas hujan miliknya berada di dalam bagasi motor. Sedangkan motornya berada di parkiran gedung utama.

Menoleh kanan dan kiri, Ara sama sekali tidak menemukan teman-temannya. Entah kapan perginya mereka semua, Ara tidak tahu. Mungkin saat Ara berada di kamar mandi.

"Belum pulang Ra?" tanya Azkha yang tiba-tiba saja ikut berdiri di sebelah Ara.

"Hujan, Pak."

Mendengar jawaban Ara justru membuat Azkha tertawa pelan. "Saya juga tau kalau hujan, Ra. Maksud saya kenapa kamu belum pulang?"

Azkha menoleh ke kanan dan kiri, memastikan suasana koridor di sekitar mereka.

"Tuh, sudah sepi. Mau sampai kapan kamu berdiri di sini? Sendirian lagi."

"Sampai hujan reda lah!" tanpa sadar Ara mendengkus pelan.

Ia merasa sebal. Di dalam hati ia tidak berhenti menyumpahi Azkha. Tanpa diberitahu pun Ara tahu kalau koridor sudah sepi, lantas kenapa harus diperjelas lagi? Benar-benar menyebalkan.

SUAMI UNTUK ARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang