•43•|Ibu Direktur

2.6K 159 20
                                    

Hai haiii wkwke sorry kemarin kehujanan gais:( dan aku udah mirip tikus kejebur got karna pas bgt kemarin ngantor pake kemeja item, celana item, kerudung cream wkwkw

Sampe rumah, nempel kasur udah pelor bgt😭🙏

Soo, gantinya aku bakal double update malem ini😝❤️

Tapi gak barengan ya, nanti sisanya agak maleman. Enjoy my stories gais!!!

Makesure sebelum baca kalian harus vote cerita ini, nanti aku makin srmangat nulisnya💚💚💚💚

Lets get ready!

"Jadi dia Direktur RnD yang baru?" tanya Ara pada Dania.

Tiba-tiba saja kepalanya mendadak pusing. Dari sekian banyak penghuni bumi, kenapa ia harus dipertemukan dengan wanita ini? Yang lebih menyebalkan lagi, Zahra yang kini mejadi bosnya adalah wanita yang sama, dengan yang ia temui di mal.

"Iya, kenapa?" Dania bertanya balik. Sedangkan Ara mendesah kesal.

"Lapo, Mbak?" bisik Ulfa, seolah bisa membaca ekspresi wajah dari sahabatnya.

Ara membalas dengan bisikan. "Dia cewek yang gue ceritain kemarin."

"Anjrit!" seru Ulfa tiba-tiba.

Saat itu juga Ulfa langsung menoleh dan mengamati penampilan serta wajah perempuan itu, lalu membandingkannya dengan Ara. Sejauh mata memandang, keduanya memang sama-sama cantik. Wanita itu terlihat sangat penyabar dan lemah lembut, dibanding Ara yang justru terlihat bar-bar, lepas dan mencerminkan perempuan yang bebas dan tidak suka di kekang. Kemudian dari penampilan, Ulfa belum bisa menemukan perbedaan nyata karena keduanya sama-sama menggunakan gaya pakaian yang sama, yaitu office outfit. Mungkin bedanya untuk saat ini, wanita itu menggunakan setelan busana sesuai aturan kantor pada umumnya. Terkesan monoton dan itu-itu saja. Sementara Ara lebih kepada memadupadankan gaya office outfit tapi tetap stylist. Tapi kalau dari cerita Ara, Ulfa seperti sudah bisa membayangkan bagaimana bentuk wanita itu jika menggunakan gamis.

Ulfa jadi tahu alasan Ara menangis seharian, kemarin. Karena wanita itu sebelas dua belas dengan Mbak Vivi—sepupunya—yang memakai pakaian syar'i dan agamis. Ulfa sangat tahu betapa insecure nya Ara dengan perempuan berpakaian serba gombrong itu.

"Kenapa, Ra? Sakit?" Agnita menyentuh bahu anak magangnya.

Rika mengangguk dan menjawab, "langsung balik aja kalau sakit."

Ara jelas langsung menggeleng cepat. Ini hari pertamanya magang di perusahaan ini, sangat tidak mungkin kalau ia harus pulang lebih awal dengan dalih sakit.

"Atau kita ke Mas Alby aja ta?" tawar Ulfa seolah lupa kalau mereka sedang ada di lingkungan kantor. Tentu saja ada tiga orang lain yang tidak sengaja mendengar obrolan mereka.

"Kalian kenal Alby?" tanya Rika yang membuat mereka langsung diam di tempat. Bingung hendak menjawab apa. Keduanya diam-diam saling melirik satu sama lain, seolah sedang telepati membuat alasan bersama.

"Alby Manajer IT itu kan?" tanya Rika, lagi. Sejujurnya wanita berdarah bandung itu sangat ingin tahu ada urusan apa dua anak magang ini dengan sang manajer TI.

Sudah nyaris dua tahun Rika bekerja di perusahaan ini, selama itu juga dia terus berusaha menarik simpati Alby Ardjasa. Tapi nyatanya Pak Alby—begitu semua orang memanggilnya—tidak semudah itu untuk dibuat jatuh cinta. Pria dengan gaya slengean dan suka bercanda ini seolah enggan menerima orang baru di hidupnya.

SUAMI UNTUK ARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang