•58•|Koma

3.4K 174 17
                                    

Hai haiiii wkwkeke

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai haiiii wkwkeke

Update sore akutu wkwkw

Gimana gimana? Siapa yang nungguin?

Voted dulu dong! HARUS! WAJIBUN BIN WAJIB!

KOMEN KOMENNNN

"Apa ... tidak ada jalan lain, Dok, selain operasi?" lirih Azkha setelah mendengar penjelasan Dokter Santo.

Pria paruh baya itu menjelaskan bahwa tindakan operasi sangat diperlukan untuk kondisi Ara saat ini. Benturan yang terjadi pada bagian belakang kepala Ara cukup kuat hingga terjadi pendarahan. Jika pendarahan itu tidak segera dihentikan, maka beresiko pada pembengkakan jaringan otak di sekitar area pendarahan. Ditambah lagi, terjadinya pembengkakan jaringan otak bisa meningkatkan tekanan di dalam tengkorak. Membuat aliran darah dan oksigen yang harusnya diterima otak dengan baik, malah semakin menurun. Apabila tidak segera ditangani, pembengkakan pada otak bisa semakin besar hingga membuat otak terdesak oleh tulang tengkorak. Kerusakan atau kematian pada sel-sel otak bisa saja terjadi.

"Ta – tapi bagaimana dengan kehamilannya?"

"Pada dasarnya, segala tindakan operasi selalu ada kemungkinan terburuk yang akan terjadi, Pak, termasuk efek samping pada kehamilan pasien pasca melakukan operasi. Kita sebagai Dokter hanya mampu mengusahakan sebaik dan semampu kita. Oleh sebab itu, kami meminta persetujuan Pak Azkha selaku suami dari pasien. Terkait dengan kesehatan janin dan perkembangan di dalamnya, kita serahkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa."

Dokter Santo menepuk pelan bahu Azkha sebelum meninggalkan ruangan. Sedangkan Azkha masih berdiam diri, memandangi beberapa lembar persetujuan yang baru saja ia tandatangani sebagai bukti persetujuan Tindakan operasi untuk istrinya. Pandangannya mulai tertutup oleh genangan air mata, bahkan tangannya sudah terlampau gemetar hanya sekadar memegang selembar kertas. Tidak pernah sekalipun Azkha membayangkan akan seperti ini jadinya. Andai saja ia lebih terbuka pada istrinya, mungkin Ara tidak akan salah paham. Ara-nya tidak perlu merasakan kesakitan luar biasa seperti ini. Hatinya remuk, jiwa nya pun hancur. Kini ... karena kelalaiannya, calon anaknya pun harus menjadi korban.

"Permisi, Pak Azkha. Sekadar mengingatkan, penyerahan surat-surat harus segera diberikan pada bagian terkait, agar operasi bisa segera dilaksanakan, sembari menunggu kami menyiapkan beberapa kebutuhan operasi." Azkha terperanjat kaget ketika mendengar teguran dari Suster—yang ternyata masih setia menungguinya di dalam ruangan Dokter Santo.

"Ah, iya, Sus. Terima kasih." Azkha segera menghapus bekas air mata di pipinya. Kemudian bersama-sama keluar dari ruangan Dokter Santo.

Operasi pun dilakukan beberapa menit lalu. Tidak banyak hal yang bisa Azkha lakukan kecuali duduk diam di depan ruang operasi sembari terus berdzikir. Meski dengan bibir bergemetar, ia terus berusaha mengucapkan lafal Allah SWT. Berharap Allah SWT sebagai pemilik kuasa langit dan bumi akan memberi keajaibannya untuk kelancaran operasi Ara. Memberi Azkha satu kali kesempatan untuk bisa membahagiakan wanita yang dicintainya.

SUAMI UNTUK ARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang