•22•|Gangguan

2.8K 198 3
                                    

Masih ada yang nungguin update gak nihh wkwkwk, gimana gimana part sebelumnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih ada yang nungguin update gak nihh wkwkwk, gimana gimana part sebelumnya?

Sevelum baca pliss pliss vote cerita ini dongw biar makin semangat updatenya💙💙💙

Awalnya Ara pikir, acara keagamaan hanya satu hari. Tapi sudah tiga hari berlalu, Bapa Matius dan Azkha tidak kunjung pergi dari camp pengungsian korban. Menurut informasi yang didapat oleh Ulfa, dua pemuka agama itu sengaja dikirim oleh Mahes—papanya sendiri—selama mereka ada di sini.

Katanya, "Gapapa, biar mereka ada di sana dulu. Hitung-hitung biar ada kajian agama."

What the hell?!

"Selamat Pagi, Ara," sapa Azkha saat tidak sengaja berpapasan dengan Ara di depan tenda.

"Sudah sarapan?"

"Sudah." Ara melengos begitu saja. Ia berjalan menghampiri Udin yang berdiri tidak jauh dari mereka. Sepupunya itu sedang bercengkrama dengan salah satu anak kecil korban gunung erupsi.

Mereka menoleh, lalu tersenyum pada Ara.

"Mbak Ara pacarnya Mas Udin?" tanya anak kecil itu sambil terkikik geli saat melihat Ara menyentuh pundak Udin.

"Eh, bukan. Mas Udin itu sepupunya Mbak Ara."

"Ooo, tak kirain Mbak pacarnya Mas Udin."

Ara tertawa ngakak. "Hahaha, ngaco!"

"Mas Udin itu sukanya sama Mbak Ulfa, tau kan Mbak Ulfa yang mana?" sambung Ara.

"RA! OJO NGAWUR!"

(Trans : jangan ngawur!)

"Cie ... Cie ... Mas Udin," goda Luli, anak kecil yang sejak tadi mereka ajak ngobrol.

"Cie ... Cie ... Mas Udin, hahaha," goda Ara, ikut-ikutan.

Kemudian mereka berdua tertawa bersamaan. Sedang Udin yang ditertawakan hanya mendengkus pelan, lalu ijin untuk pergi lebih dulu. Meninggalkan Luli bersama Ara.

SUAMI UNTUK ARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang