23 (21)

2.5K 225 8
                                    

DUA PULUH SATU

"Rosalie" panggil Vivian.

Wanita itu terlihat lebih tenang sekarang. Rosalie melihatnya, ia tersenyum lalu berkata "apa Vivian?"

"Apa pernah Maya datang ke mansion mu?"

"..."

"Ya... begitulah. Memangnya ada apa ?" ucap osalie.

Ia melihat Maya yang terlihat serius dan sedikit panik. Rosalie tidak mengerti dengan sikap Vivian, tapi ia yakin ada masalah serius. Dan... entah kenapa suasana menjadi tegang.

"Sebenarnya minggu yang lalu Maya menemui, dia berkata akan pergi jauh dan tak akan kembali. Aku pikir itu hanya bercanda, tapi... dia benar-benar menghilang sekarang. Aku khawatir padanya" jelas Vivian.

"Itu tidak mungkin. Dia dan Chaiden bilang padaku hanya pergi untuk berlibur. Memang sih itu liburan yang lama."

"Aku tidak yakin itu hanya sekedar liburan."

"Aku tahu kau sangat khawatir pada Maya. Tapi aku yakin jika Chaiden akan menjaganya dengan baik" ucap Rosalie yang mencoba memainkan Vivian.

"Aku percaya dengan Chaiden, Rosalie. Aku hanya tidak yakin mereka akan aman di luar sana."

"Kalau kau masih khawatir, aku akan mencoba menghubungi Chaiden nanti."

Ucapan Rosalie itu membuat Vivain merasa sedikit tenang. Sebenarnya Vivian tidak akan sekhawatir ini jika Maya tidak mengucapkan kata-kata perpisahan. Rasa khawatir itu semakin menjadi saat Vivian menghilang secara misterius. Saat ayah Maya datang menemuinya untuk menanyai kabar Maya, kekhawatiran Vivian pada Maya semakin menjadi-jadi.

Vivian sudah mencari Maya ke teman-temannya di negeri Sendiri, namun ternyata tidak ada satupun yang tahu, bahkan teman-teman Maya yang lain tak peduli padanya semenjak Maya ketahuan berselingkuh. Vivian tidak tahu rumah Chaiden, yang ia tahu hanya rumah Rosalie, lagi pula setelah mengenal Rosalie, Maya menjadi dekat dengan Rosalie. Jadi Vivian pikir Maya akan ke mansion, tapi ternyata dia hanya berpamitan.

"baiklah kalau begitu" ucap Vivian.

"dan... untuk sementara waktu, aku tidak bisa menemuimu karena ada masalah di negri Semidio. Dan tolong berhati-hatilah pada Hugo dan siren jantan lainnya. Dia tak sebaik yang kau pikirkan!" tambah Vivian dengan serius.

"Baik...lah" ucap Rosalie.

"kalau begitu. aku pergi dulu" ucap Vivian. Sebelum Rosalie merespon ucapan Vivian, wanita itu keluar dari kamar. Tepat setelah ia membuka pintu, Vivian melihat Hugo di depan pintu.

Tak ada ketakutan di wajah Vivian, justru kebencian. Hugo sendiri terkejut melihat Vivian keluar dari kamar yang sama dengan Rosalie, tatapannya menjadi tajam pada Vivian. Tatapan itu penuh waspada dan kecurigaan. Hal itu membuat Rosalie kebingungan.

Rosalie sendiri, sedikit khawatir jika Hugo menguping pembicaraannya dengan Vivian, tapi vivian sendiri nampak tak peduli. Rosalie berdehem, mencoba mencairkan suasana yang hening dan kaku itu, namun belum sempat Rosalie berbicara lebih jauh vivian dengan cepat mengucapkan pamit, lalu pergi. Setelah kepergian vivian, Rosalie menatap hugo lalu bertanya "kalian ada masalah apa?"

"tidak ada masalh apa-apa kok di antara kami" ucap Hugo.

Hugo tersenyum padanya, lalu pergi meninggalkannya, kembali ke dapur. Sikap Hugo itu membuat jantung Rosalie berdebar lebih cepat, dan pipinya memerah. ini kali pertama Hugo tersenyum begitu mempesona padanya. Dalam hatinya, Rosali berkata "apa dia seperti itu karena buku dewasa yang kuberikan beberapa hari yang lalu?"

Rosalie Di SemidioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang