32 (29)

1.8K 172 0
                                    

    DUA PULUH SEMBILAN

Hugo berjalan dengan terburu-buru, bahkan jalanan yang gelap tidak mengurangi kecepatannya sedikitpun. Saat Hugo bertemu dengan Bancroft, ia segera berkata "Apa kau sudah sudah mengantar Rosalie ke mansion ?"

"Sudah. Tapi…" Bancroft menghentikan kalimatnya saat ia mulai ragu memberitahu Hugo.

"Tapi, tapi apa ?"

Bancroft menarik nafas dengan kasar lalu berkata "Varya memaksa Rosalie meminum ramuan setelah kami keluar dari sumur tua."

Beberapa jam yang lalu Bancroft berpura-pura memihak Varya dan kepala suku Orka agar bisa mengawasi kepulangan Rosalie. Saat ia mengantar wanita itu, ia tak sendiri, ada beberapa Siren lain yang ikut dengannya, termasuk Varya. Ia pikir tugas itu akan semua dengan mudah tanpa masalah, tapi ternyata salah. Varya memaksa Rosalie meminum ramuan berwarna hitam, saat kejadian itu Bancroft tak bisa menolongnya karena jika ia menolong Rosalie mungkin rencananya dan teman-temannya untuk mengalahkan Verya dan kepala suku Orka akan gagal.

"A… apah, ramuan apa ?!"  Tanya Hugo. Pria itu terlihat sangat cemas.

"Ya. Aku tidak tahu ramuan apa itu, namun itu berwarna hitam."

"Terus, apa yang terjadi setelah Rosalie meminumnya ?!"

"Dia… pingsan!" Ucap Bancroft dengan suara pelan hampir seperti bisikan.

"Aku ingin menolongnya, namun kawanan Siren mengawasi ku!" Tambah Bancroft.

Hugo hanya terdiam, namun pria itu terlihat sangat marah, bercampur dengan raut kekhawatiran. Bancroft tahu jika Hugo saat ini sedang terbawa emosi, dan itu sangat buruk untuk mereka. Jadi Bancroft harus segera memperingati Hugo untuk jangan menemui Rosalie di saat genting saat ini, jika tidak rencana mereka untuk mengalahkan kepala suku Orka dan komplotan Varya akan gagal.

"Aku tahu kau mengkhawatirkan ya, tapi untuk sekarang bersabarlah Hugo!" Ucap Bancroft.

Saat Hugo mendengar nasehat sahabatnya, ia tahu, jika ia hanya bisa menahan diri saat ini.
***

Seorang pria berpakaian seragam dokter sedang memeriksa botol infus milik seorang pasien perempuan. Dokter itu adalah Chaiden, sementara pasien wanita itu adalah Rosalie.

"Pak dokter, apa dia kekasih anda ?" Tanya seorang perawat wanita yang juga ada di sana.

"Tidak, dia kenalanku. Memangnya kenapa ?" Tanya Chaiden.

"Tidak, aku kira dia kekasih anda. Soalnya anda sangat memperhatikan wanita itu," ucap perawat wanita itu.

"Perasaanmu saja. Aku seorang dokter, sangat wajar jika aku memperhatikan semua pasienku," ucap Chaiden.

Perawat wanita yang mendengar hal itu hanya mengangguk lemah. Ia merasa tidak begitu yakin dengan ucapan Chaiden jika pasien wanita yang saat ini sedang diperiksa bukanlah kekasihnya, soalnya perlakuan Chaiden sangat berbeda. Namun ia tak begitu mempermasalahkannya.

"Baiklah, ayo kita pergi ke ruangan lain." Ucap Chaiden.

Saat Chaiden hendak pergi meninggalkan ruangan itu, tiba-tiba Rosalie tersadar. Chaiden pun segera memeriksa keadaannya, dan saat Rosalie tersadar Chaiden duduk disana menemaninya. Sementara perawat perempuan itu melakukan tugasnya yang lain.

“Chaiden. aku dimana ?” tanya Rosalie saat mereka telah berdua.

“kau di rumah sakit. Aku menemukanmu pingsan di halaman belakang  mansion dekat sumur tua”

“begitu ya...” ucap Rosalie lemah.

“katakan padaku, kenapa kau sering sekali pingsan dan terluka Rosalie. Apa kau seceroboh itu !?” omel Chaiden.

Rosalie Di SemidioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang