37 (34)

4.1K 277 17
                                    

TIGA PULUH EMPAT

Seorang pria paruh baya menatap tajam oarang-orang di hadapannya. Pria itu terlihat begitu marah sampai-sampai wajahnya yang putih berubah merah.

Pria paruh baya itu berkata "Nak. Apa kau menganggap pernikahan ini hanya permainan!"

Suaranya terdengar santai, dan benar. Tapi entah kenapa aura di sekitarnya terasa sangat suram dan menekan. Hal itu membuat seorang wanita hamil di hadapannya ketakutan, bahkan sampai
keringat dingin.

"Tidak ayah, aku tidak menganggapnya sebagai permainan!" Ucap wanita muda yang tak lain Rosalie dengan terbata-bata.

"Tapi kenapa kamu mengganti mempelai pria seenakmu saja, padahal hari pernikahan tinggal 5 hari lagi dan undangan sudah lama disebar. Sebenarnya siapa ayah dari bayi ini?!" Tanya Ayah Rosalie.

"Dan jangan katakan padaku kau tidak tahu !" Tambahnya.

"Aku tahu ayah. Dia Hugo, dia pria yang ku cintai sekaligus ayah dari anakku" ucap Rosalie sambil menatap Hugo yang duduk di sampingnya.

"Terus kenapa kau malah bilang orang itu Chaiden kemarin !?"

"Waktu itu…" Rosalie menghan ucapannya. Ia kebingungan harus menjawab ucapan ayahnya bagan nana.

Chaiden yang duduk tidak jauh dari mereka berkata "Waktu itu Rosalie dan Hugo memiliki masalah. Mereka perlu waktu untuk menyelesaikan masalah ini berdua."

Chaiden berusaha menolong Rosalie, namun ucapannya malah membuat Ayah Rosalie semakin marah. Maya yang duduk di samping Chaiden ingin membantu, tapi Chaiden telah mewanti-wanitanya untuk tetap diam apapun yang terjadi sebelum masuk ke dalam ruangan ini.

"Memangnya ada masalah apa sehingga anakku tidak mau mengakuimu sebagai kekasihnya!" Ucap Ayah Rosalie.

Pria paruh baya itu meninggikan suaranya, menatap dengan tajam dan menunjuk-nunjuk Hugo. Hugo yang melihat hal itu mencoba untuk tetap tenang, ia tak mau membuat masalah dengan calon mertuanya.

"Apa kau memperkosa anakku ha…!"

Saat Ayah Rosalie mengatakannya, Hugo dengan cepat bicara "Tidak… aku tidak melakukannya dengan memaksa. Kami melakukannya karena sama-sama suka."

Kalimatnya tegas dan jelas, itu membuat Rosalie merasa malu hingga pipinya memerah. Rosalie merasa tidak ada muka lagi di depan kedua orang tua dan teman-temannya.

"Gak usah di omongin juga kali !" Batin Rosalie.

Saat Ayah Rosalie mendengarnya, ia malah semakin marah. Ocehan pria paruh baya itu tidak bisa berhenti hingga beberapa jam.

Ditempat yang berbeda, Melody sedang berjalan di lorong panjang yang gelap dan becek. Beruntung ia memakai bust tinggi sehingga kakinya yang indah tidak kotor. Melody tak sendiri, dia bersama Cecile, kekasihnya. Melodi lebih memilih menemani kekasihnya dari pada menemari Rosalie saat ini, ia tahu jika Rosalie pasti sedang menghadapi amukan ayahnya mengingat ayah Rosalie sangat galak dan tegas.

Melody menatap Cecile sang saat itu sedang sibuk melihat kiri dan kanan sambil memegang senter. Melody mendekatinya, lalu dengan mesra menggandeng tangannya, Pria itu tersenyum saat ia melakukannya.

"Rosalie bilang, katanya bangsa Semidio tak mau menikahi manusia. Walaupun mereka menikah, bangsa Semidio itu akan dikeluarkan dari kawannya. Apa itu benar?" Tanya Melody.

"Iya, itu benar sayang ku. Tapi peraturannya sudah di ubah semenjak Hugo menjadi kepala suku siren Orka. Kami diizinkan menikahi orang yang kami cintai bahkan jika itu manusia normal, asalan rahasia ngeri Semidio tetap dijaga."

Rosalie Di SemidioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang