Disebuah ruangan dengan penerangan minim tanpa pendingin ruangan dinding yang sudah usang barang-barang pelengkap disana adalah barang bekas yang hampir tidak layak dipakai, maklumi saja tempat itu dulunya memang sebuah gudang yang sekarang dirubah menjadi sebuah kamar kecil. Kamar dengan satu ventilasi itu harusnya tidak dihuni oleh seseorang karena memang tempatnya yang berdebu dan lembab, siapa saja bisa terkena penyakit pernafasan karena sirkulasi udara yang buruk.
Diatas kasur tipis dan usang terdapat seorang gadis yang masih nyaman dengan alam mimpinya. Cewek itu tidur dengan berselimut kain jarik dan bantal yang ujungnya sudah bolong hingga kapuk didalamnya muncul keluar. Namun begitu, cewek itu tetap terlihat nyaman tidur disana.
Di sebuah meja berlaci, ada sebuah figura foto keluarga yang tampak sangat bahagia, itu adalah foto keluarga Damara. Namun didalam foto itu tidak ada wajah Vira karena saat pengambilan foto Vira tidak ikut karena sedang sakit. Tapi dipinggir foto itu terdapat potongan foto Vira yang sengaja cewek itu selipkan, ia juga ingin tampil di foto keluarganya.
Vira menggeliat, meregangkan ototnya. Cewek itu mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memfokuskan pandangannya. Setelah berdiam sebentar Vira beranjak ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap kesekolah.
***
Selesai bersiap Vira melenggang ke dapur dengan membawa tas ransel biru dongker nya. Di dapur mewah itu sudah ada bi Asih yang sedang menyiapkan bahan bahan masak.
"Selamat pagi bi, maaf Vira telat bangunnya" ucapnya sembari menyampirkan tasnya di kursi mini bar dapur.
"Enggak apa apa Vira, bibi juga belum mulai masaknya" ucap Asih dengan senyum ramahnya.
Vira membantu Asih membersihkan dan memotong-motong sayuran. "Hari ini kita mau masak apa bi"
"Sup ayam, udang goreng sama bubur, kemaren non Faira minta dibuatin bubur"
Vira mengangguk paham. "Kalo gitu aku goreng udang nya ya bi". Asih mengangguk menyetujui.
Vira mulai menggoreng udang yang sudah dibalut dengan tepung sedangkan asih membuat sup ayamnya.
Vira memang sudah biasa membantu Asih memasak ya, karena Amanda juga menyuruhnya untuk memasak untuk keluarga Damara.
***
Setelah beberapa saat memasak, makanan untuk sarapan hari ini akhirnya jadi. Vira dan Asih menyusun makanan-makanan itu diatas meja makan. Berbarengan dengan itu Amanda, Arthur, Faira dan Alvin datang dan langsung menempati kursi masing-masing.
"Sini dek duduk samping kakak kita sarapan bareng" ucap Alvin sambil memundurkan kursi sebelahnya.
"Kursi itu terlalu bersih untuk anak seperti dia !" sarkas Arthur.
"Lagian kamu ngapain masih disini, pergi sana tempat kamu bukan disini tapi di dapur !" bentak Amanda sambil menuding Vira.
"Ma pa kenapa si, kalian benci sama Vira dia enggak ada salah kan sama kalian ? Vira juga anak mama papa tapi kenapa mama papa perlakukan Vira kaya gini ?" ucap Alvin. Cowok itu sudah muak melihat adiknya selalu dibenci dan di caci maki seperti ini.
"Kamu bilang dia enggak ada salah. Perlu kamu ingat Alvin ! Dia sudah membunuh nenek kamu !" sarkas Arthur.
"Udah Alvin bilang oma meninggal bukan karna Vira tapi karna takdir !" ucapnya meninggikan nada bicaranya.
Rahang Arthur mengeras hingga menimbulkan suara gemeletuk akibat gesekan gigi-gigi nya. Laki-laki berusia 40 tahun itu mengepalkan tangannya dan menatap Alvin tajam.
Alvin hanya menatap papanya itu datar. "Apa ? Papa mau marah ? Silahkan Alvin gak takut karna yang Alvin bilang itu benar". Alvin menyambar tas ranselnya kasar lalu meninggalkan meja makan begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDING
Short StoryBrianna Elvira Damara, nama lengkapnya. Gadis yang hampir tidak bahagia setiap harinya dan dibenci oleh teman dan keluarganya hanya karena kesalahpahaman. Namun suatu ketika sebuah peristiwa berhasil mengendingkan penderitaan dari seorang Elvira da...