05.30 Vira menutup buku gambarnya lalu beralih melihat pinggiran pantai yang mulai didatangi oleh pedagang-pedagang dan juga tak jarang ada nelayan yang baru ingin berangkat melaut.
Cewek itu menghela nafas berat. Semalaman ia tidak bisa tidur karena penyakitnya kambuh dan membuatnya tidak bisa tidur karena rasa sakitnya.
Vira beranjak dari kursi dekat jendela itu ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan menggosok gigi.
Selesai dengan urusan kamar mandi, cewek itu membuka pintu kamarnya dengan perlahan karena takut mengganggu tidur Melva yang memang tidur sekamar dengannya.
Vira membenarkan syal nya lalu membuka pintu utama pondok. Udara dingin dan segar langsung menyambut dirinya. Vira melipat tangannya didada untuk menghangatkan kedua tangannya. Cewek itu melenggang pergi ke pinggir pantai.
Dengan beralaskan balok kayu Vira mendaratkan bokong nya. Cewek itu menggosok kedua telapak tangannya untuk menghangatkan. Vira berdesis pelan saat dada kirinya seperti tersengat listrik, sangat sakit.
Vira mengusap dadanya yang terasa sakit. Cewek itu menutup mulutnya saat terbatuk. Vira mengambil botol obat dari saku hoodie nya cewek itu menatap lekat botol itu. "Gak ada gunanya gue minum obat terus, mau gue minum atau enggak gue bakal tetep mati. Lebih baik gak usah gue minum biar cepet ketemu kakak dan buat semua orang bahagia" batinnya. Cewek itu tersenyum lalu menyimpan kembali botol obat itu. Membiarkan kanker didalam jantungnya terus memberinya rasa sakit.
Tiba-tiba seorang anak kecil menghampiri Vira. Bocah itu berpakaian lusuh dan kulitnya berwarna gelap. "Kakak ngapain disini"
Vira tersenyum hangat, "ngeliat pantai. Kamu juga ngapain disini ? Udaranya dingin kenapa gak pakai jaket" ucapnya lembut.
"Aku mau melaut kak. Aku udah biasa enggak pakai jaket, udaranya juga enggak dingin kok" ucapnya dengan wajah polos.
Vira menatap lekat bocah didepannya. Anak sekecil itu sudah berani melaut, apa orang tuanya tega membiarkan anak sekecil itu pergi kelaut lepas dan sepertinya anak itu tidak membawa perbekalan seperti jaket misalnya atau makanan.
"Kamu ngapain melaut, lebih baik kamu dirumah aja biar orangtua kamu aja yang melaut. Disana bahaya untuk anak sekecil kamu"
Bocah itu menunduk, ia juga meremat jari jemarinya. "Aku hidup sendiri kak, orangtua aku gak tau dimana" ucapnya sedih.
Vira terkejut mendengar penuturan bocah didepannya. Ternyata ada orang yang lebih menderita dibanding dirinya. Seketika Vira diingatkan untuk bersyukur dirinya masih beruntung mempunyai sahabat yang baik dan selalu mensupport dirinya sedangkan anak itu diusianya sudah ditinggal orang tuanya.
"Memang orang tau kamu kemana" Vira memegang kedua lengan bocah itu.
"Waktu itu aku liburan kesini orang tua ku pamit membeli es krim tapi sampai sekarang mereka enggak pernah dateng lagi" bocah itu menangis mengingat kejadian masa lampau dimana orang tuanya meninggalkan dirinya.
Vira memberi pelukan hangat untuk bocah malang itu. "Sudah jangan menangis kakak yakin kalau orang tua kamu bakal dateng lagi" ucapnya sembari menyeka air mata bocah di pelukan nya.
"Kakak boleh tau nama kamu gak"
Bocah itu mengangguk lalu mendongak menatap Vira. "Nama aku Alvin kak"
Vira spontan merenggangkan pelukannya membuat bocah bernama Alvin itu berdiri. "Kakak kenapa" tanya Alvin dengan memiringkan kepalanya.
Vira dengan cepat menunjukkan senyumannya lalu kembali memangku Alvin. "Nama kamu bagus"
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDING
Short StoryBrianna Elvira Damara, nama lengkapnya. Gadis yang hampir tidak bahagia setiap harinya dan dibenci oleh teman dan keluarganya hanya karena kesalahpahaman. Namun suatu ketika sebuah peristiwa berhasil mengendingkan penderitaan dari seorang Elvira da...