Ending-15

1.5K 81 0
                                    

Arfan Zico Billy Melva dan Vira tergopoh-gopoh masuk ke rumah keluarga Damara, rumah mewah itu sudah dipenuhi oleh anak-anak Zervanos dan warga sekitar.

"Kakak" sebut Vira lirih. Mata cewek itu berkaca-kaca melihat kakaknya yang terbaring dengan ditutupi kain jarik dan kain putih sebagai penutup wajah tampan kakaknya itu.

Vira melepas tas ranselnya kemudian ia berjalan pelan menuju jenazah kakaknya yang dibaringkan di atas karpet bludru. Kaki cewek itu terasa melemas ingin rasanya ia menjatuhkan diri ditempat. Hatinya terasa teremas hancur melihat kakaknya yang terbaring kaku tak bernyawa.

Anak-anak Zervanos menatap tajam kearah queen mereka seakan cewek itu sudah melakukan kesalahan besar.

Arfan Billy dan Zico melihat tatapan kebencian dari teman-temannya itu merasa heran, apa yang sudah terjadi sampai mereka manatap Vira penuh benci.

Belum sampai Vira melihat kakaknya dengan jelas, tubuhnya harus terhuyung kebelakang dan naas kepalanya terbentur meja kaca disana dan alhasil kening mulusnya mulai mengucurkan darah. Arthur yang sudah mendorong Vira dengan kuat tadi.

Melva langsung menghampiri Vira dan membantu cewek itu duduk. "Lo gak apa apa vir"

Vira meremat dada kirinya yang terasa teramat nyeri cewek itu sampai mengigit bibir dalamnya untuk menahan teriakan yang hendak keluar.

"LEBIH BAIK KAMU PERGI DARI SINI ! DASAR PEMBUNUH ! APA KURANG PUAS KAMU MEMBUNUH IBU SAYA, HA ?! DAN SEKARANG KAMU MEMBUNUH ANAK SAYA JUGA !" bentak Arthur dengan amarah yang sudah membumbung tinggi.

"Maksud papa apa pa ? Vira gak ngerti" ucap Vira susah payah.

"LO YANG BUNUH ALVIN KAN ?! LO EMANG BANGSAT VIR !" ucap Vano dengan nada tinggi.

"JAGA UCAPAN LO VANO !" pekik Arfan tidak terima.

"Kenapa lo mau bela dia, iya ?! Lo udah bela orang yang salah Ar. Asal lo tau dia orang yang udah bunuh Alvin !"

"Lo jangan nuduh Vira sembarangan !"

"Kalo lo gak ada bukti jangan main nuduh Vira" ucap Zico dengan nada tidak santai.

Vano tersenyum miring, "lo mau bukti, ini buktinya". Cowok itu menunjukkan sebuah kalung dengan bandul hati berwarna perak. "Ini kalung milik dia dan ini kita temuin disamping mayat Alvin !"

Arfan masih mempertahankan wajah datarnya, dalam hati ia menyumpah serapahi orang yang telah memfitnah queen nya.

Vira melepas rengkuhan Melva lalu tertatih-tatih menghampiri Vano. Cewek itu bersimpuh dihadapan Vano dan memegang kedua kaki cowok itu, "gue bukan pembunuh kakak lo harus percaya itu"

Vano menyentak kakinya keras hingga Vira terjungkal ke belakang.

Arfan mengeraskan rahangnya menatap Vano tajam. "Lo bener bener kurang ajar Vano !"

"SUDAH DIAM ! KALIAN PERGI DARI SINI ! KALIAN PASTI BERSEKONGKOL DENGAN WANITA PEMBUNUH ITU KAN ?! LEBIH BAIK KALIAN PERGI DARI SINI !" usir Arthur dengan lantang.

Arfan dengan langkah cepat menghampiri Vira lalu membantu cewek itu berdiri. "Kita pergi dari sini". Arfan Billy Zico Vira dan Melva keluar dari rumah duka itu dengan perasaan kesal dan marah.

Saat di teras rumah tiba-tiba tubuh Vira merosot kebawah dan Arfan dengan sigap menahan tubuh Vira agar tidak jatuh. "Vira lo harus kuat ya kita ke rumah sakit sekarang"

Tanpa basa basi Billy mengambil mobilnya.

Vira meremat dada kirinya dengan kuat, "g-gue pengen i-ikut nganter kakak". Vira terbatuk bersamaan dengan itu darah segar mengalir dari mulutnya.

🍁🍁🍁

Arfan Billy Zico dan Melva menunggu didepan IGD dengan perasaan cemas. Mereka khawatir dengan keadaan Vira apalagi saat melihat cewek itu terus memuntahkan darah walaupun dalam keadaan pingsan, mereka takut kondisi Vira semakin memburuk.

Dua jam kemudian akhirnya pintu ruangan gawat darurat itu terbuka menampilkan Retha dengan raut cemas disana. "Vira harus segera melakukan pemeriksaan agar pengobatannya segera dilakukan" ucapnya to the point sebelum remaja didepannya mengajukan pertanyaan.

"Lakukan saja dok kalau memang itu yang terbaik buat Vira"

Retha mengangguk.

"Ma tolong sembuhin Vira ya"

Retha tersenyum tipis lalu mengusap pundak anaknya itu, "mama akan berusaha semaksimal mungkin" ucapnya lalu kembali masuk ke ruang instalasi gawat darurat itu.

Tidak lama setelah masuknya Retha ke IGD, beberapa suster memindahkan brankar berisi Vira ketempat khusus untuk diperiksa lebih lanjut. Retha membuntuti dibelakangnya juga diikuti Arfan Zico Billy dan Melva.

*****

Beberapa jam sudah berlalu pemeriksaan Vira sudah selesai sekarang cewek itu dipindahkan ke ruang rawat biasa untuk istirahat.

Arfan Zico Billy dan Melva menatap Vira nanar, sejak membuka mata Vira selalu menyebut kakaknya dan memaksa untuk pergi ke acara pemakaman kakaknya ia menangis dalam diam dan menatap dinding rumah sakit dengan tatapan kosong.

Melva tidak kuat melihat sahabatnya itu menangis tanpa suara, ia mengerti tangisan itu mewakili isi hati sahabatnya itu yang sedang berduka. Cewek itu menutup matanya dengan telapak tangan detik berikutnya bahunya bergetar, ia menangis. Billy yang berdiri disamping Melva beringsut memeluk cewek itu dan mengusap punggungnya.

"Jangan ikut nangis didepan Vira Mel, itu malah buat Vira makin sedih" bisik Billy dengan suara yang bergetar menahan tangisan nya. Melihat queennya dalam keadaan seperti ini membuat hatinya hancur dan pilu.

"Gue gak tega liat Vira kaya gitu hiks"

Arfan menoleh kearah Billy dan Melva lalu memberi kode agar Billy membawa Melva keluar untuk menenangkan diri dulu.

Billy mengangguk paham lalu membawa Melva keluar ruang rawat Vira.

Arfan menghembuskan nafasnya pelan lalu memberanikan diri untuk mendekati Vira pasalnya sedari tadi Vira tidak mau didekati oleh mereka. Cowok itu duduk di kursi samping hospital bed Vira. "Vir udah ya, jangan nangis lagi"

"Kakak" ucap Vira lirih.

Arfan memijat pangkal hidungnya sebentar lalu meraih tangan Vira dan mengusapnya dengan lembut. "Gue tau lo sedih karna kepergian kakak lo tapi yang perlu lo inget masih ada gue Zico Billy dan Melva yang bakal berusaha gantiin posisi Alvin sebagai kakak lo, so don't be sad my queen"

"Dan yang perlu lo inget juga seseorang tidak akan bisa meniru seseorang yang lain karena Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai macam kepribadian" ucap Vira.

"Ya I know, tapi setidaknya gue bisa jaga lo sebagaimana Alvin jaga lo dan gue bakal berusaha bisa menjadi sosok Alvin dalam wujud yang berbeda yaitu gue dan temen-temen yang lain"

Vira menoleh menatap Arfan dengan mata sayunya, "jangan buat gue selalu mengingat kakak karna itu buat hati gue semakin sakit" lirihnya

Arfan bungkam.

Melihat temannya bungkam akhirnya Zico beranjak menuju hospital bed queen nya. Cowok itu berdiri di sebelah Arfan yang masih diam ditempatnya.

"Maksud Arfan tadi lo gak perlu ngerasa sendirian karna masih ada gue Arfan Billy dan Melva yang bakal selalu nemenin lo". Arfan mengangguk pelan menyetujui perkataan Zico.

Dari balik oxygen mask itu senyum Vira terbit walaupun hanya tipis. "Thank you". Kedua mata cantiknya perlahan menutup.

TBC

JANGAN LUPA TANDA BINTANGNYA....

ENDING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang