Arfan berlari menuju toilet wanita yang berada di lorong lantai dua. Cowok itu menuruni tangga dengan cepat. Wajah tampan nya tampak panik. Cowok itu mendapat pesan entah dari siapa, kertas itu memberi tahu kalau Vano mencelakai Vira lagi.
Arfan mengumpat dalam hati. Jika sampai queen nya kenapa-kenapa dapat dipastikan Vano tidak akan baik-baik saja setelah ini.
Cowok itu membuka pintu toilet dengan tergesa-gesa. Netra biru miliknya langsung menangkap wanitanya yang terduduk dengan memeluk kedua lututnya.
Tubuh bergetar dan banyaknya sayatan membuat emosi Arfan naik kepermukaan tapi sebisa mungkin ia tahan, yang harus ia lakukan sekarang adalah menenangkan wanitanya dulu.
Arfan berlutut disamping Vira menghadap cewek itu. Mantan inti Zervanos itu mengusap pundak wanitanya. "Vir"
Vira mendongak menatap Arfan. Tangis cewek itu bertambah deras.
Arfan dengan cepat menyeka air mata Vira. "Lo diapain sama Vano, sampe buat lo nangis" tanyanya lembut.
"Gue yang salah gue udah buat semuanya hancur. Vano jadi benci sama gue hiks gue udah buat dia kecewa"
Arfan membawa Vira kedalam pelukannya, mengusap kepala wanitanya lembut. "Semua kejadian yang terjadi bukan salah lo Vira tapi semua ini memang takdir"
Vira menggelengkan kepalanya. "Ini semua karna gue hiks, lebih baik gue mati biar semuanya kembali kaya dulu lagi"
"Lo gak boleh ngomong gitu Vira"
Vira mendongak menatap Arfan. "Arfan bisa kasih tau Tuhan buat cepet panggil Vira ? Vira pengen semuanya bahagia dan gak ada dendam lagi. Bilangin ke Tuhan buat ambil Vira secepatnya ya"
Arfan menggeleng kecil. Cowok itu menatap manik mata Vira nanar ia juga tak berhenti mengumpati tindakan Vano yang membuat wanitanya menjadi seperti ini. "Pamali Vira. Jangan ngomong gitu lagi ya, gue gak bakal ikhlas kalo lo pergi"
"Lo harus ikhlas. Cepat atau lambat gue bakal menghadap Tuhan dan ketemu sama kakak"
ENDING
Semilir angin pantai menerpa wajah juga kepala plontos milik si pemeran utama cerita ini.
Beberapa hari yang lalu setelah kemoterapi yang kedua, Vira memutuskan untuk memangkas habis rambutnya. Sekarang rambut pirang panjang itu sudah tidak ada lagi tersisa kulit kepala yang tidak ditumbuhi rambut sedikit pun.
Wanita itu duduk ditepi pantai menikmati cahaya senja yang baru saja menampakan sinar indahnya. Vira tersenyum hangat saat langit sore itu membentuk wajah kakaknya.
"Kakak, kakak kapan jemput Vira" ucapnya spontan.
Di pengelihatan Vira, bayangan Alvin sedang tersenyum manis kearahnya. Tidak lama dari itu bayangan Alvin tampak melambaikan tangan dan dibalas oleh Vira. Secara perlahan bayangan Alvin menghilang entah kemana.
Vira menghela nafas kasar kemudian cewek itu mengukir nama Alvin diatas pasir sampingnya.
"Vira harap kakak secepatnya jemput Vira ya. Vira pengen buat semua orang bahagia dan gak ada rasa dendam lagi"
Cewek itu beralih memandang hamparan laut biru didepannya. Mata sayunya perlahan menutup cewek itu membuat pikirannya rileks sejenak dengan menikmati angin pantai yang dengan lembut membelai wajahnya.
Tiba-tiba ada yang menyelimuti punggung kurusnya dengan sebuah jaket. Sontak Vira membuka matanya kemudian menoleh melihat siapa yang memberinya jaket.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDING
Short StoryBrianna Elvira Damara, nama lengkapnya. Gadis yang hampir tidak bahagia setiap harinya dan dibenci oleh teman dan keluarganya hanya karena kesalahpahaman. Namun suatu ketika sebuah peristiwa berhasil mengendingkan penderitaan dari seorang Elvira da...