Nyit.... Nyit.... Nyit....
Suara pertama yang terdengar setelah video itu di putar.
Di sana mereka berkumpul untuk melihat sebuah video yang sempat Vira buat sebelum pergi. Sebuah tempat di mana seorang gadis yang selalu di siksa. Yap, tempat itu adalah kamar Vira.
Saat ini hanya ada cahaya dari layar proyektor yang menerangi ruangan itu.
Belum sempat video itu berjalan sampai pertengahan Amanda, Arthur, Retha, Faira, Arfan, Melva, dan seluruh anggota Zervanos sudah berkaca kaca melihat Vira yang dalam keadaan pucat dan di penuhi alat medis masih bisa tersenyum manis.
Gadis malang itu berusaha terlihat baik baik saja.
"Hay semuanya" ucap Vira parau dengan tatapan kosong dan senyum manisnya. "Semoga kalian suka sama kado Vira ya"
"Sekarang Vira seneng bisa buat kalian bahagia, maafin Vira udah jadi penghalang kebahagiaan kalian. Sekarang Vira harap enggak ada permusuhan lagi di antara kalian"
Isakan tangis berpadu dengan suara monitor jantung dalam video. Tidak ada satupun dari mereka yang tidak menangis. Suasana semakin haru ketika melihat Vira menjeda ucapannya karena merasa sesak dan harus memakai oksigen mask terlebih dahulu.
Setelah menormalkan nafasnya Vira melepas kembali masker oksigennya lalu menampilkan senyum manisnya. "Udah kalian jangan nangis Vira baik baik aja" gurau Vira dengan kekehan kecil kemudian cewek itu menunduk, "Vira lupa kalo kalian mana mungkin nangisin Vira, atau mungkin video ini udah ada di tempat sampah, tapi enggak apa apa yang penting Vira udah ngeluarin semua isi hati Vira" ucapnya lirih.
Vira kembali menghadap ke depan dengan menunjukan senyum lebarnya. "Vira mau tunjukin sesuatu ke kalian" mengambil buku gambarnya lalu menunjukkan hasil gambarannya.
"Dulu Vira pengen di peluk gini sama kalian tapi sayang bukan pelukan yang Vira dapet" terkekeh kecil. "Tapi enggak apa apa kok Vira pernah di peluk sama kalian walau cuma di mimpi" ucapnya melirih di kalimat terakhir.
"Kadang Vira pengen hidup di alam mimpi karna di sana Vira ngerasa bahagia banget bisa kumpul bareng kalian tanpa ada permusuhan dan enggak ada yang saling menyakiti, Vira juga pengen hidup sehat kaya kalian. Bisa beraktifitas tanpa harus nahan sakit bisa ngelakuin banyak hal tanpa penghalang" ucap Vira seraya mendongak menahan air matanya.
"Tapi Vira sadar, mungkin Tuhan ciptain Vira cuma buat nanggung penderitaan bukan kebahagiaan. Vira kadang iri sama Faira yang selalu di sayang sama mama papa, Vira juga iri sama temen temen Vira yang keluarganya harmonis. Sebenernya setiap pengambilan rapot Vira sering di marahin sama guru karna yang ambil rapot harusnya orang tuanya bukan Vira sendiri, tapi mau gimana lagi, ngobrol aja susah apalagi minta tolong buat ambilin rapot" menunduk meremat jari jemarinya. "Yang ada rotan yang melayang"
"Tapi it's oke mama papa tetep orang tua terbaik Vira"
Tangis Arthur dan Amanda semakin deras mengingat perilakunya terhadap putri ke tengahnya itu.
Mereka yang menonton video itu mendadak panik melihat Vira yang sepertinya sedang kesakitan dan meremat begitu kuat di bagian dada kirinya. Serasa Vira benar nyata ada di hadapan mereka.
Seorang suster menghampiri Vira dan menyarankannya untuk istirahat dulu baru melanjutkan videonya tapi Vira menolak dan tetap melanjutkan videonya.
"Udah Vir hiks" ucap Melva yang tidak tega melihat Vira memaksakan senyum di tengah rasa sakitnya. Retha lalu memeluk Melva.
"Vira baik baik aja kok" desisnya lirih.
"Oiya pa, di laci kamar Vira ada uang buat bayar uang makan Vira yang sempet nunggak, maaf ya pa Vira bayarnya lama"
Arthur menggelengkan kepalanya samar.
"Vira istirahat dulu ya, videonya di lanjut nanti" ucap suster yang dari tadi mendampingi Vira. Wanita itu khawatir karena Vira seperti sangat kesakitan.
Vira menggelengkan kepala, "sebentar lagi sus, waktunya tinggal sedikit lagi" lirihnya.
Sebelum lanjut berbicara Vira menarik nafas dalam kemudian mengeluarkannya perlahan. "Terakhir Vira mau ngucapin terima kasih buat kalian semua dan maaf kalau selama ini Vira selalu nyusahin kalian, terlebih buat temen temen Vira dan pacar Vira maaf kalo kalian jadi repot karna nurutin permintaan Vira yang enggak masuk akal, maaf ya"
"Sekarang semua janji bakal Vira turutin. Papa Vira bakal tepatin janji Vira yang enggak akan minta apa apa lagi ke papa dan Melva, Vira enggak akan ambil kasih sayang tante Retha lagi dari Melva"
Vira mengembangkan senyum terbaiknya walaupun dengan mata yang semakin sayu dan wajah yang bertambah pucat. "Vira pamit, kakak sama nenek udah nunggu, bye"
"VIRAAA" teriak mereka ketika melihat Vira ambruk di pelukan suster di sebelahnya. Senyum Vira tidak pudar sedikit pun dari bibir manisnya.
🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋
YEY HAPPY 1RB PEMBACA. TERIMAKASIH BUAT SUPPORTNYA DAN DOAIN SEMOGA CERITA INI MENANG DI PENGHARGAAN WATTY 2022.
Byee... Intip ceritaku yang lainnya juga ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDING
Short StoryBrianna Elvira Damara, nama lengkapnya. Gadis yang hampir tidak bahagia setiap harinya dan dibenci oleh teman dan keluarganya hanya karena kesalahpahaman. Namun suatu ketika sebuah peristiwa berhasil mengendingkan penderitaan dari seorang Elvira da...