Ending-12

1.6K 88 1
                                    

Kantin SMA Victory sedang dilanda ketegangan pasalnya dua inti Zervanos sedang beradu mulut dan siswa-siswi disana hanya diam menonton perkelahian kata-kata dari wakil dan hacker Zervanos itu.

Anak-anak Zervanos yang berada dikantin membiarkan Arfan dan Vano beradu mulut sembari memakan kacang dan menikmati makanan mereka, asal tidak ada kekerasan mereka fine saja.

Alvin menggelengkan kepalanya heran, kenapa bisa dua sahabatnya itu tergila-gila dengan adik pertamanya sampai adu mulut seperti itu. Cowok itu merangkul Eca, "adek aku hebat ya bisa bikin dua cowok tergila-gila sama dia"

Eca terkekeh, "iya kaya kakaknya yang bisa buat semua cewek disini tergila-gila"

Alvin menyerongkan tubuhnya lalu meletakkan dagunya di bahu kecil kekasihnya, "kamu bener tapi dari sekian banyaknya cewek cuma kamu pemenangnya" ucapnya mencolek hidung Eca.

"Iya dong aku hebat kan bisa naklukin kamu"

Alvin menegakkan tubuhnya lagi lalu menarik Eca kedalam pelukannya, "aku akui kamu memang hebat". Eca tersenyum dan semakin menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Alvin.

Berbeda dengan Alvin dan Eca yang bermesraan, Faira malah memasang wajah kesalnya cewek itu tidak terima kalau Vano ikut memperebutkan Vira. "Gak bisa di biarin kalo Vano beneran jadian sama Vira bisa-bisa gue gak bisa morotin dia lagi. Gue harus lakuin sesuatu biar Vano benci sama Vira bila perlu semua orang benci sama dia" batinnya.

"Lo itu gak pantes jadi pendamping Vira damb !" tekan Vano.

Arfan tersenyum remeh, "lo lebih gak pantes jadi pendamping Vira karna lo seorang yang gak bisa tahan tangan untuk gak mukul cewek". Cowok itu maju satu langkah mata elangnya menyorot tajam menusuk netra coklat milik Vano, "apa lo gak inget, lo udah sering lukain Vira. Stop doing that, berhenti buat mendapatkan Vira dengan sikap frontal lo itu"

Vano mengepalkan tangannya matanya semakin tajam menatap netra biru milik Arfan, "lo gak ada hak buat ngelarang gue deketin Vira"

"Same dan lo juga begitu, lo gak bisa ngelarang gue buat deketin Vira"

Vano mengangkat tangannya yang terkepal kuat, cowok itu melayangkan pukulan ke wajah Arfan.

Arfan dengan cepat menangkap kepalan tangan Vano, "kalo kalah saing gak usah pake kekerasan, lemah" ucapnya dengan menekan kata lemah.

Vano menyentak tangan Arfan, "dua bulan kedepan kita bersaing buat dapetin Vira siapapun yang kalah bakal dapet konsekuensinya"

"Siapa takut, kita mulai dari sekarang"

"Gak gak, ini gak boleh di biarin gue bakal gagalin semua cara Vano dan segera buat Vano benci sama Vira" batin Faira. Cewek itu beranjak begitu saja tanpa pamit.

*****

Faira berjalan menyusuri lorong sekolah yang tampak ramai dengan siswa-siswi yang berlalu lalang, cewek itu celingukan mencari seseorang.

"Eh lo tau Vira gak" tanya Faira pada salah satu murid berkacamata.

"Tau dia tadi dikelas sama si Melva"

Faira pergi begitu saja tanpa mengucapkan terimakasih. Cewek itu berlari kecil menuju kelasnya yang juga kelas Vira.

Vira memang sudah diizinkan pulang oleh Retha kemarin karena kondisinya sudah membaik dan sudah bisa untuk beraktivitas seperti biasa lagi.

Faira dan Vira memang satu kelas padahal seharusnya Vira menjadi kakak kelas Faira tapi karena Arthur adalah pemilik sekolah ini jadi ia bisa memasukan Faira dan Vira satu kelas. Entah apa alasannya membuat kedua anak perempuannya satu kelas.

Faira memasuki ruang kelasnya lalu langsung menghampiri Vira. "Heh gembel"

Vira yang tadinya fokus dengan buku pelajar mendongakkan kepalanya, "Faira ? Kenapa ?"

"Gue gak mau basa basi, mulai sekarang lo jauhin Vano kalo sampe gue liat lo bareng sama dia habis lo ditangan gue"

Vira tersenyum menanggapi perkataan ketus dari adiknya, "lo tenang aja gue gak ada rasa sama Vano"

"Bagus kalo gitu" ucapnya lalu melenggang pergi dari kelas.

"Faira gak ada sopan sopan nya ya sama lo" ucap Melva keheranan.

"Emang kaya gitu sikapnya"

Hening !

Dua kawan itu sibuk dengan kegiatan masing-masing, Vira sibuk menyalin catatan Melva sedangkan Melva sibuk dengan ponselnya.

"Oiya vir, mama gue bilang soal kelanjutan pemeriksaan lo gimana mau dilanjut apa enggak. Kalo dari mama gue lebih baik lo cek menyeluruh biar cepet ditangani kalo ada yang serius" jelas Melva panjang lebar.

Mendengar ucapan Melva membuat Vira berhenti menulis, pandangannya jatuh ke buku penuh coretan itu kosong. Masalah itu yang cewek itu pertimbangkan dari kemarin, sebenarnya ia mau memeriksakan diri tapi lagi-lagi masalahnya ada di biaya. Vira paham betul kalau melakukan pemeriksaan lebih lanjut pasti akan membutuhkan biaya yang cukup banyak.

Bimbang !

Sebenarnya kakak juga teman-temannya sangat mendukung kalau dirinya melakukan pemeriksaan dan mereka juga akan membantu soal biayanya tapi Vira tidak mau merepotkan mereka lagi.

Melva menepuk pundak Vira, "Vira kok malah ngelamun"

Vira tersadar dari lamunannya. "Nanti gue pikir pikir lagi ya"

"Lo pasti bingung soal biaya ya ? Udah lo gak usah pikirin itu, Vernandes hospital milik mama gue jadi lo bisa berobat gratis disana"

"Gue kan bukan--

"Ssttt, gak usah pikirin itu pokoknya lo tinggal dateng aja ke rumah sakit temuin mama gue. Dah gak usah pake gak enak gak enak kan dan perlu lo inget keluarga gue ikhlas bantu lo,so don't think about the cost" ucapnya meyakinkan sahabatnya itu.

"Vernandes hospital memang dibangun untuk membantu orang sakit untuk sembuh bukan untuk memungut biaya dari pasien yang sakit dan uang lo yang kemarin buat bayar rumah sakit udah dikembaliin lagi ke rekening lo" lanjutnya dengan menatap Vira penuh harap. Berharap sahabatnya itu mau melakukan pemeriksaan.

Kenapa Retha memaksa Vira untuk melakukan pemeriksaan, itu karena ia tahu kalau jantung Vira sudah gagal fungsi dan memerlukan pemeriksaan lanjut untuk memastikan penyakit apa yang bersarang di jantung Vira hingga membuat alat pompa darah itu gagal melakukan fungsinya.

Vira masih bungkam mencerna setiap kalimat yang Melva ucapkan.

"at least you make people who love you happy because you want to check and continue treatment if it's needed" ucap Melva lagi dengan menggenggam tangan Vira, meyakinkan.

Vira menatap netra Melva yang menyorot penuh harap padanya. Cewek itu dengan ragu mengangguk, "gue bakal melakukan prosedur pemeriksaan itu".

Melva tersenyum lebar, "nah gitu dong. Nanti gue kasih tau lo jadwalnya"

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK SETELAH MEMBACA..

ENDING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang