Ending-06

1.7K 79 1
                                    

Tiga hari berlalu setelah kejadian penyiksaan Vira. Hari ini hari libur sekolah Arthur mengajak istri juga anak-anaknya berlibur keluar kota, tanpa Vira pastinya.

Vira menghabiskan waktu weekend-nya dengan bekerja menjadi waiterss di salah satu cafe terkenal di kota nya -young cafe- cewek itu sudah bekerja sejak lulus SMP ia bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, selama ini Vira tidak pernah diberi uang oleh Arthur maupun Amanda. Selama sekolahnya dulu Vira dibiayai oleh Asih dan terkadang dibantu Alvin.

Selama ini Vira bekerja tanpa diketahui oleh keluarga ataupun teman-temannya, kalaupun mereka tahu apa mereka akan peduli ? Tentu tidak ibu dan ayahnya itu terlalu membenci dirinya. Hal ini pula yang menjadi alasan ia jarang berkumpul dengan Zervanos di markas.

Walau luka-luka cambuk ditubuhnya belum hilang dan bahkan masih terasa perih Vira tetap masuk kerja karena sudah dua hari izin tidak bekerja.

Hari ini cafe tempatnya bekerja ramai dipadati pengunjung, wajar saja ini akhir pekan dan pasti banyak anak muda yang sedang menikmati masa libur mereka. Vira dan pegawai yang lain begitu sibuk mengantar pesanan para pelanggan.

"Vir, Vira" panggil seseorang berseragam sama dengan Vira.

Vira menoleh lalu berjalan cepat menghampiri temannya itu. "Kenapa bay"

"Tolong anterin pesenan ini dimeja nomer 25 outdoor ya, banyak banget soalnya"

Vira segera mengangguk lalu mengambil satu nampan berisi makanan. "Yaudah yuk". Vira dan waiter laki-laki itu dengan langkah cepat menuju luar cafe untuk mengantar pesanan pelanggan di meja nomor 25.

Vira dan Bayu -waiter- menyajikan makanan itu dengan tersenyum ramah. Saking serius menyajikan makanan Vira sampai tidak menyadari kalau pelanggannya adalah anggota inti Zervanos yang sudah pasti mengenali Vira.

"Vira lo ngapain disini, trus pake seragam karyawan lagi" tanya Zico sembari menelisik penampilan queennya itu.

Seketika Vira menghentikan tangannya yang menaruh minuman, seperti tidak asing dengan suara itu. Cewek itu menoleh dimana Zico duduk, matanya membulat melihat Zico disana. Vira menegakan tubuhnya dan melihat satu persatu anggota inti Zervanos seketika dirinya diam seperti patung ditempatnya, rahasianya terbongkar sudah.

"Jawab pertanyaan gue vir"

Diam ! Vira masih terdiam ditempatnya.

"Jangan bilang lo kerja disini" ucap Arfan sedikit ketus.

Lagi-lagi Vira hanya diam menatap netra biru milik Arfan lekat.

Bayu yang tak mengerti hanya diam dan berekspresi bingung. Cowok itu memilih pergi dan melanjutkan pekerjaannya.

Ketiga anggota inti itu menatap Vira meminta penjelasan.

"Vira kita minta lo jujur. Lo kerja disini ?" tanya Billy lembut.

Bukannya menjawab, Vira malah mengeluarkan bulir bulir bening nya. Cewek itu tidak terbiasa berbohong sekalinya berbohong dirinya akan merasa bersalah seperti ini.

Billy, Arfan dan Zico sontak berdiri ketika melihat queen mereka menangis. Ketiga laki-laki itu mendekati Vira.

"Hey kenapa nangis kita gak marah sama lo". Zico mengusap air mata Vira. 

"Maaf hiks"

Arfan menarik Vira kedalam pelukannya, ia paling tidak suka melihat wanitanya menangis. "It's oke vir kalo lo belum mau jujur sama kita. Udah jangan nangis ya". Cowok itu mengusap kepala belakang Vira lembut.

Pengunjung cafe memusatkan perhatian pada meja nomor 25 itu bahkan ada yang sengaja memotret dan memvideo kejadian itu.

Vira masih terisak di dada bidang Arfan cowok itu juga masih setia mengusap punggung wanitanya itu.

Billy menyeret kursi lalu diletakan tepat dibelakang Vira. "Duduk aja dulu"

Arfan melepas pelukannya lalu menuntun Vira duduk. Cowok itu mengusap puncak kepala Vira dan menatap cewek itu teduh ia juga sesekali menyeka air mata Vira.

"Maaf udah bohong sama kalian" ucap Vira disela isak tangisnya.

"Gak papa queen, tapi sekarang jujur sama kita, lo kerja disini"

Vira mengangguk.

"Apa Alvin udah gak mampu ngasih lo uang sampe lo harus kerja kaya gini"

Vira menggeleng. "Kakak masih kasih gue uang tapi sekarang gue pengen punya penghasilan sendiri dan gak mau bebanin kakak lagi hiks"

"Lo kerja boleh tapi harus pikirin kesehatan lo juga. Kalo masih sakit jangan dipaksa kerja"

"Gue udah sembuh kok"

"Mulut lo bisa bohong vir tapi lo keliatan masih lemes muka lo juga pucet banget. Lo gak bisa semudah itu bohongin kita"

"Maaf". Vira menunduk meremat jemarinya dan menahan tangisnya yang hendak pecah lagi.

Arfan mengkode Billy dan Zico untuk berhenti memojokkan Vira. Cowok itu mengangkat dagu queennya dengan telunjuknya. "Jangan nunduk nanti mahkotanya jatuh queen". Arfan tersenyum dan menatap Vira teduh.

Air mata Vira kembali jatuh namun dengan cepat Arfan menghapusnya. "Queen gue gak boleh nangis, queen gue cuma boleh tersenyum". Cowok itu menarik kedua sudut bibir Vira dengan ibu jarinya.

****

Vira kembali bekerja dengan diawasi tiga inti Zervanos yang menunggu diluar. Sebenarnya Vira dilarang untuk melanjutkan pekerjaannya tapi akhirnya ketiga inti Zervanos itu mengizinkan karena cewek itu terus memaksa.

Netra biru milik Arfan terus mengikuti arah pergerakan Vira, tidak ketinggalan satu detik pun.

Billy menyenggol Zico lalu menunjuk Arfan dengan dagunya. "Kayanya ada yang aneh sama Arfan" bisiknya.

Zico mengangguk menyetujui, ia berfikir ada makna lain saat temannya itu menatap Vira. "Gue juga ngerasa gitu, apa lagi pas dia natap Vira. Kayak ada something nya" bisiknya.

"True, gue juga ngerasa gitu. Apa jangan-jangan Arfan suka sama Vira" bisik Billy.

"Bisa jadi, tapi gue lebih setuju sih kalo Vira sama Arfan dari pada sama Vano"

"Gue juga setuju"

"Eh Ar, udah kali ngelitin Vira mulu" sentak Zico mengagetkan Arfan.

"Gue tampil juga lu ngegetin mulu" ucap Arfan kesal.

Zico tersenyum kuda. "Hehe, lagian elu dari tadi mantengin Vira mulu, Vira gak bakal ilang tenang aja"

"Lo suka ya sama Vira" ceplos Billy.

Arfan bungkam. Dalam hatinya memang ada rasa aneh saat melihat dan berdekatan dengan Vira, jantungnya selalu berdebar kencang dan ada rasa nyaman saat didekat Vira. Namun selama ini cowok itu hanya menganggap rasa 'aneh' itu hanya sebatas rasa terhadap sahabat yang sudah dianggap seperti adik sendiri yang harus ia lindungi tidak lebih. Arfan juga tidak mau di cap sebagai penikung sahabat sendiri, ia tahu Vano sangat mencintai Vira dan ia tidak mau persahabatannya hancur hanya karena memperebutkan satu wanita.

Billy memukul lengan Arfan hingga temannya itu terhuyung kedepan. "Malah ngelamun, jangan-jangan lo beneran suka ya sama Vira"

"Bil bil, kalo kata orang diam itu berarti iya, artinya--

"Enggak !" pekik Arfan.

"Siapa bilang gue suka sama Vira, gue emang sayang sama dia tapi sayang gue sebatas sahabat aja gak lebih" jelas Arfan cepat.

Billy dan Zico saling menatap lalu kembali menatap Arfan. "Kita gak percaya" sentak mereka berbarengan.

Arfan memutar bola matanya malas. "Terserah"

Jangan lupa tekan vote-nya :)

ENDING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang