Vira menghela nafas lega, akhirnya pekerjaannya selesai. Cewek itu merapikan lagi ember ember yang baru saja ia pakai untuk mencuci baju. Dirumahnya ini memang tidak ada mesin cuci, itu karena Amanda yang melarang jadi Vira mencuci baju dengan cara manual dan sekali mencuci bukan sedikit tapi bertumpuk tumpuk baju.
Jam sudah menunjuk angka sebelas malam. Vira kembali kedalam kamar kecilnya. Cewek itu duduk di tepi kasur tipisnya lalu membuka laci meja, mengambil sebungkus roti. Dengan lahap Vira memakannya, malam ini Vira tidak diberi jatah makan malam hanya karena kesalahan kecil yaitu tidak sengaja menumpahkan kuah santan ke meja makan.
Memang sudah sering Vira tidak diberi makan seperti ini oleh sebab itu ia menyimpan roti didalam kamarnya, untuk menunda laparnya.
Vira mengusap bawah hidungnya yang terasa berair. Cewek itu membelalak kaget, punggung tangannya dipenuhi cairan merah. Vira dengan cepat menyumpal hidungnya dengan sapu tangan. Ini sudah kedua kalinya Vira mimisan dalam sehari.
Beberapa menit kemudian, mimisannya berhenti. Vira menyentuh dadanya yang terasa sesak dan nyeri cewek itu menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan, ia lakukan itu berulang-ulang untuk meredakan rasa sesak di dadanya. "Gue kenapa ya, akhir akhir ini sering nyeri dada sama sesak gini" batinnya.
Vira menggelengkan kepalanya, menampik semua pikiran buruknya. Cewek itu memutuskan untuk membaringkan tubuhnya dan menyelimutinya dengan kain jarik. Vira memejamkan mata mencoba untuk tidur.
Belum terlelap, Vira harus mendudukkan dirinya lagi, rasa sesak itu semakin membuatnya susah bernafas. Cewek itu terbatuk sembari menutup mulut dan memegang dadanya. Vira menjauhkan telapak tangannya ia kembali dibuat kaget, telapak tangannya dipenuhi darah yang keluar dari mulutnya.
"Darah" ucapnya lirih.
Vira dengan segera membersihkan darah itu dengan sapu tangannya. Pikiran cewek itu semakin kalut, ia takut ada masalah pada tubuhnya. Dengan cepat Vira kembali menampik pikiran buruknya.
"Vira sehat, Vira enggak sakit, Vira sehat" ujarnya meyakinkan dirinya sendiri.
Cewek itu kembali merebahkan diri. Walaupun ditemani rasa sesak dan nyeri Vira tetap berusaha untuk tidur. Sesekali ia terbatuk karena rasa sesaknya.
Belum sempat terlelap tiba-tiba pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.
"Dek udah tidur belum, kakak boleh masuk ?"
Ternyata Alvin yang datang. "Masuk aja kak"
Krek...
Alvin membuka pintu kamar adiknya. Udara pengap dan lembab langsung menyambut indra penciumannya cowok itu menghela nafas pelan, baru sebentar dirinya menginjakan kaki di kamar adiknya tapi ia sudah merasa tidak nyaman untuk bernafas lalu bagaimana dengan Vira yang harus setiap malam tidur ditempat tidak nyaman seperti ini.
Vira beranjak mendudukkan dirinya. "Kakak belum tidur" ucapnya memperhatikan Alvin yang masih terdiam di ambang pintu.
Lamunan Alvin buyar cowok itu kembali melangkah mendekati adiknya. Cowok itu duduk di tepi kasur. "Kamu kok belum tidur udah malem loh ini"
"Aku baru selesai nyuci baju tadi jadi baru bisa istirahat" ucapnya. Vira sebisa mungkin menutupi kalau ia sedang sakit dan sesak, tidak mau membuat kakaknya itu khawatir.
Alvin membuka mulutnya membentuk huruf O sembari mengangguk angguk paham.
"Kakak juga kok belum tidur"
"Hehe, kakak gak bisa tidur makannya kakak kesini, kakak tidur sama kamu ya" ucapnya dengan tersenyum kuda.
"Jangan ya kak, aku gak mau nanti kakak jadi sakit kalo tidur disini"
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDING
Short StoryBrianna Elvira Damara, nama lengkapnya. Gadis yang hampir tidak bahagia setiap harinya dan dibenci oleh teman dan keluarganya hanya karena kesalahpahaman. Namun suatu ketika sebuah peristiwa berhasil mengendingkan penderitaan dari seorang Elvira da...