Di siang hari yang terik kelas Vira ada jadwal olahraga. Dengan didampingi pak Arif -guru olahraga- mereka memulai kelas olahraga dengan pemanasan terlebih dahulu.
"Vir lo beneran gak apa apa ? Muka lu pucet soalnya" tanyanya sembari melakukan pemanasan statis bagian tangan.
Vira menoleh, "gue baik-baik aja"
Bullshit ! Vira mengatakan itu agar Melva tidak khawatir. Sejak kemarin entah kenapa tubuhnya lemas kepalanya terasa pusing dan bahkan dadanya terasa seperti terhimpit hingga menimbulkan sesak dan nyeri.
"Beneran ? Kalo ada apa apa langsung bilang ke gue atau ke guru ya jangan di pendem sendiri"
Vira hanya mengangguk.
Begitu pemanasan selesai Arif membagi kelas sebelas ini menjadi beberapa kelompok untuk melakukan tanding basket. Setelah itu siswa laki-laki mengambil bola basket sedangkan siswa perempuan duduk dipinggir lapangan.
"Yah kita gak sekelompok" ucap Melva lesu.
"Gak papa tapi jangan salahin gue kalo kelompok lo nanti kalah" ucap Vira percaya diri.
"Kelompok lo kali yang kalah, gak usah belagu sebelum tanding" sindir Faira dari bangku pinggir lapangan yang tak jauh dari Melva dan Vira berdiri.
Pritt...pritt
"Kelompok satu dan dua masuk kelapangan" pekik Arif dengan tegas.
"Gue tanding dulu ya doain menang"
"Pasti dong nanti gue teriak yang paling keras"
Vira tertawa kecil, "awas suaranya habis cil" ucapnya lalu melenggang ke tengah lapangan.
Melva berdecak kesal, "Vira gue bukan bocil". Cewek itu kesal karena dipanggil dengan sebutan bocil oleh sahabatnya itu. Alasan Vira memanggil Melva bocil karena postur tubuh Melva yang jauh lebih pendek darinya.
Vira hanya terkikik sambil melihat wajah kesal sahabatnya itu.
Pritttt....
Suara peluit sudah melengking keras, pertandingan antar kelompok itu dimulai. Kelompok Vira melawan kelompok Faira.
"AYO VIRA LO PASTI MENANG !" teriak Melva dari pinggir lapangan.
Murid yang menonton juga berteriak mendukung team masing-masing. Lapangan outdoor itu menjadi riuh karena teriakan penonton pertandingan itu.
Siswa-siswi yang berada dikelas dekat lapangan sampai mencuri-curi kesempatan untuk melihat kearah lapangan lewat jendela kelas, mereka penasaran dengan suara riuh itu.
Faira merebut bola dari teman seteamnya lalu mendrible bola itu ke ring lawan. Vira dan beberapa temannya mencoba mengambil bola dari tangan Faira namun dengan sekali lompatan Faira memasukan bola itu ke dalam ring.
Permainan masih berlanjut, tampaknya semakin sengit. Team Faira tidak memberi kesempatan pada team Vira untuk menguasai bola.
"AYO VIR LO PASTI BISA !" teriak Melva menyemangati.
Vira berhenti berlari cewek itu membungkuk memegangi dadanya yang terasa terhantam sesuatu yang berat, sesak dan nyeri menjadi satu. Cewek itu menggigit bibir bawahnya menahan nyeri yang seperti dihunus pedang. Vira meremat pakaian olahraga nya dengan kuat, lantai lapangan perlahan terlihat samar-samar. Pada akhirnya Vira jatuh terduduk dan itu membuat orang disana melihat Vira.
"VIRA !". Teriakan Melva membuat pertandingan itu berhenti. Cewek itu dan pak Arif segera berlari menghampiri Vira.
Melva menopang tubuh Vira, "Vir lo kenapa ?". Vira tidak menjawab cewek itu sibuk memukul dadanya yang sangat sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDING
Short StoryBrianna Elvira Damara, nama lengkapnya. Gadis yang hampir tidak bahagia setiap harinya dan dibenci oleh teman dan keluarganya hanya karena kesalahpahaman. Namun suatu ketika sebuah peristiwa berhasil mengendingkan penderitaan dari seorang Elvira da...