Satu minggu telah berlalu, perkembangan kasus pembunuhan Alvin tinggal sedikit lagi terselesaikan. Mereka sudah bekerja sama dengan seluruh aparat kepolisian untuk mencari keberadaan kelompok mafia itu, black dragon pun ikut turun tangan dalam masalah ini.
Apalagi ujian telah usai jadi mereka bisa fokus mencari pelaku nya.
Hari ini adalah hari minggu, seperti pagi biasanya Vira dan Asih menyiapkan sarapan. Kali ini mereka membuat sarapan lebih banyak karena Arthur dan Amanda sudah pulang dari urusan kerjanya.
Setelah semua makanan siap, ketiga kelurga Damara itu mulai memenuhi kursi meja makan.
Faira berbinar melihat rujak mangga muda disana, tanpa menunggu apa-apa cewek itu langsung menyantapnya.
Arthur dan Amanda terheran-heran melihat putrinya sarapan dengan rujak mangga muda.
"Seharusnya makan nasi dulu Faira biar perutnya gak sakit" tegur Amanda lembut.
"Mama diem deh, gak usah ngatur ngatur Fai. Terserah Fai mau makan apa dulu" tukasnya sedikit membentak.
"Faira kamu itu kalo diomongin orangtua didengerin bukan malah bentak mama" ucap Arthur sedikit kesal.
Faira memutar bola matanya malas, ia lebih memilih melanjutkan memakan rujak dibanding mendengar ocehan papa mamanya itu.
Hening ! Tidak ada yang membuka suara lagi diantara ketiganya, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang bersinggungan dengan piring.
"Ma nanti mama gak usah ke butik dulu, istirahat dirumah biar badan mama enakan"
Amanda mengangguk. Wanita paruh baya itu memijat pelipisnya yang terasa pusing.
"Nanti papa juga gak kekantor dulu, pegel semua soalnya"
"Iya pa. Faira kamu dirumah aja ya mama pengen ditemenin sama kamu"
Faira berdecak, "ogah ah ma,Fai mau main sama temen-temen. Yaudah Fai berangkat dulu"
Tanpa salaman Faira langsung pergi begitu saja membuat Arthur mengeraskan rahangnya, emosi. Bisa-bisanya anaknya itu mementingkan teman-temannya dibanding orang tuanya sendiri.
"Udah pa biarin aja namanya anak muda masih suka main sama temen-temennya"
Arthur mendengus. Lelaki paruh baya itu bangkit berdiri. "Yaudah lebih baik mama istirahat dulu dikamar"
Amanda mengangguk lalu mengikuti langkah suaminya yang menuntunnya.
Vira dan Asih langsung membereskan meja makan setelah Arthur dan Amanda pergi.
"Bi, Vira pengen banget deh rawat mama" ucapnya sembari mengelap meja.
"Kalo Vira emang mau yaudah rawat aja itukan mama kamu juga"
Vira memberhentikan aktivitasnya cewek itu tersenyum kecut, "Vira lagi gak pengen kena rotan bi, ini aja udah sakit semua" ucapnya terkekeh sakit.
Asih mendekati Vira. Asisten rumah tangga itu mengusap bahu Vira. "Kalo kamu tulus mudah-mudahan mama kamu juga bisa nerima apa yang kamu lakuin, toh niat kamu baik kan"
Vira diam mencerna perkataan Asih, benar juga apa yang dibilang Asih. Setelah diam sejenak akhirnya Vira mengangguk, "Vira coba deh"
****
Vira menaiki tangga menuju lantai dua dimana kamar orangtuanya berada. Walaupun sedikit ragu Vira tetap melangkahkan kakinya, toh niatnya baik mau diterima atau tidak itu urusan belakangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDING
Short StoryBrianna Elvira Damara, nama lengkapnya. Gadis yang hampir tidak bahagia setiap harinya dan dibenci oleh teman dan keluarganya hanya karena kesalahpahaman. Namun suatu ketika sebuah peristiwa berhasil mengendingkan penderitaan dari seorang Elvira da...