United we are strong, begitulah coretan di dinding markas besar Zervanos. Sebuah rumah peninggalan ketua angkatan ke-10 geng Zervanos ini dijadikan markas besar gangster itu mengikuti amanah sang leader sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
Anak-anak Zervanos sedang berkumpul disana, mereka sedang asik memakan masakan Vira yang sempat cewek itu buat tadi. Ruangan santai itu menjadi ramai akan suara dentingan sendok dan piring juga suara mereka yang memuji kelezatan makanan buatan Vira itu.
"Huh gila enak banget, Al adek lo suruh buka resto aja deh pasti laris manis enak banget soalnya masakan dia" pekik Reno dengan mulut penuh makanan.
"Bener banget Al gue berani jamin pasti untung besar kalo Vira buka resto" timpal seorang anggota Zervanos berambut kribo sebut saja Rizal.
"Kayanya kalo Vira buka restoran bakal habis sama kalian duluan deh bukan habis ke jual". Bukan Alvin yang menjawab melainkan Eca.
Semua anggota Zervanos yang sedang makan itu kompak memperlihatkan rentetan gigi masing-masing.
Alvin tersenyum tipis melihat wajah gembira anggotanya, entah akan terjadi apa sedari tadi pikirannya tidak tenang. Cowok itu mengusap kening Vira yang berada di pahanya. Alvin menatap wajah damai adiknya lekat, "gak tau apa yang bakal terjadi, gue ngerasa bakal ada sesuatu yang bakal terjadi sama Vira. Semoga itu cuma pikiran belaka gue" batin Alvin dengan mengusap pipi juga hidung Vira.
Alvin beralih menatap lambang Zervanos yang terpajang di sisi dinding ruangan itu. Cowok itu menggelengkan kepalanya saat tiba-tiba matanya melihat lambang itu terbelah menjadi dua dan menjadi berwarna abu-abu.
"Apa maksudnya ? Kenapa gue ngeliat lambang Zervanos hancur ?" batin Alvin bertanya pada diri sendiri.
Alvin menampik pikiran negatifnya walaupun begitu hatinya masih bertanya-tanya apa maksud semua itu, semoga saja itu hanya kekhawatiran Alvin semata bukan pertanda buruk.
"Aduh kenyang bat gue" ucap Zico sembari mengusap perutnya yang terasa penuh.
"Memang gak pernah gagal masakan calon istri gue" ucap Vano sembari melihat Vira yang tertidur dipangkuan Alvin.
Arfan berdecih pelan, "restu aja gak dapet udah pede bilang calon istri" sindirnya sambil membentangkan jaketnya pada dada Vira.
'Hahahahahaha'
Tawa anggota Zervanos yang lain pecah mendengar perkataan Arfan barusan sedangkan Vano memutar bola matanya malas.
"Eh ssttt" ucap Alvin menempelkan jari telunjuknya dibibir. Cowok itu mengusap pipi adiknya, Vira tadi kaget karena suara tawa mereka yang keras.
Hening !
Mereka jadi membungkam mulut masing-masing agar tidur sang queen tidak terganggu mereka duduk kembali disofa dengan perlahan tanpa mengeluarkan suara.
Mereka asik dengan ponsel masing-masing dan ada juga yang memakan makanan ringan yang tersedia.
Eca menyenderkan kepalanya pada bahu kekasihnya sambil memainkan ponselnya.
Pikiran Alvin semakin kalut memikirkan insting buruknya, cowok itu takut tidak bisa menjaga amanah leader terdahulunya. Zervanos merupakan keluarga keduanya jadi ia juga tidak rela kalau Zervanos berantakan begitu saja.
"Gue harap kalian bisa jaga persaudaraan kita dan tetep jaga queen kita apapun keadaannya" ucap Alvin tiba-tiba.
Perkataan Alvin tadi membuat anak-anak Zervanos menatapnya. Mereka mengerutkan kening bingung kenapa Alvin tiba-tiba berucap seperti itu.
"Lo tenang aja kali, kita bakal selalu jaga queen juga Zervanos" ucap Vano penuh percaya diri.
"Tapi keadaan bisa berubah kapan aja kan"
"Lo kenapa tiba-tiba ngomong gitu ke kita. Itu kan memang tugas kita turun temurun"
Alvin menatap lurus kearah lambang Zervanos, "gak tau kenapa feeling gue gak enak"
Eca meletakkan dagunya pada bahu kekasihnya, "jangan terlalu dipikirin kemungkinan itu cuma pikiran belaka kamu dan gak akan terjadi"
"Ya bener kata Eca, lagian kita itu udah dari dulu bangun Zervanos jadi gak mungkin lah Zervanos hancur gitu aja"
Alvin menghela nafas gusar, perkataan Eca dan Vano ada benarnya tapi kenapa feelingnya begitu kuat dan seakan akan terjadi.
Tidak ! Jangan sampai itu terjadi !
"Semoga aja" ucap Alvin pelan.
💙💙💙
Dibelakang gedung tua kosong dan disekitarnya di penuhi ilalang yang tumbuh liar hingga menutupi sebagian gedung tua itu, disana terdapat dua orang yang sama-sama memakai pakaian hitam sedang mengobrol sesuatu yang penting.
"Ini DP nya dan lo harus kerjain tugas lo dengan baik". Seseorang memakai hoodie itu memberikan tas berisi uang pada seorang dihadapannya. "Dan satu lagi bersihin jejak lo dan lo tinggal barang-barang yang gue suruh tadi"
"Beres kalo soal itu mah. Lo tenang aja gue udah profesional soal ginian jadi lo tinggal santai aja dirumah"
"Bagus gue tunggu kabar dari lo"
"Siap gue cabut dulu". Seseorang dengan memakai buff itu pergi meninggalkan seseorang yang memberinya uang tadi.
Seseorang yang memakai hoodie itu bersedekap dada bibirnya menyeringai tipis. "Setelah ini lo bakal makin menderita dan gak akan lagi orang yang bakal ngebela lo" batinnya dengan seringai yang makin tercetak jelas di bibirnya.
TBC
DON'T FORGET TO LEAVE A TRACE !
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDING
Short StoryBrianna Elvira Damara, nama lengkapnya. Gadis yang hampir tidak bahagia setiap harinya dan dibenci oleh teman dan keluarganya hanya karena kesalahpahaman. Namun suatu ketika sebuah peristiwa berhasil mengendingkan penderitaan dari seorang Elvira da...