Tok...tok..tok...
"Vira kamu sudah bangun belum ? Bibi boleh masuk"
Vira bergegas membersihkan kain yang terdapat bercak merah. Cewek itu mimisan dan muntah darah lagi. Vira menyembunyikan kain-kain itu agar Asih tidak tahu kalau dirinya habis pendarahan.
"Masuk aja bi" jawab Vira.
Asih masuk kedalam kamar usang itu. Asisten rumah tangga itu tersenyum menanggapi senyum manis Vira lalu ia duduk disebelah Vira.
"Bibi kira belum bangun ternyata udah siap"
"Vira kan mau ujian jadi harus siap-siap dari pagi" ucapnya bersemangat.
Asih menggenggam tangan Vira namun detik berikutnya ia terkejut merasakan hawa panas ditangan majikannya itu. "Loh, kamu demam Vira" Asih memegang kening juga leher Vira yang ternyata sangat terasa panas.
"Kamu izin aja dulu ya, badan kamu panas banget nak"
Bibir pucat Vira melengkungkan senyum, "bibi jangan khawatir gitu, Vira masih kuat kok lagian hari ini kan Vira mulai ujian jadi enggak mungkin buat izin"
"Tapi nak badan kamu panas banget"
"Bibi telponin Arfan buat minta izin ke guru kamu ya" sambung Asih.
Vira menggeleng keras cewek itu menahan tangan Asih yang mencari-cari ponselnya. "Jangan bi, jangan kasih tau siapa-siapa kalo Vira sakit. Vira gak mau ngerepotin Arfan ataupun yang lain lagi"
"Tapi Vira--
"Vira masih kuat kok kalo harus berangkat ke sekolah, lagian paling demamnya sebentar lagi ilang. Bibi tenang aja gak perlu panik begitu"
Asih merasa iba dengan majikannya itu. Vira semalam sudah bercerita soal perkataan Melva beberapa hari yang lalu saat di pantai, Asih takut Vira akan kehilangan sahabatnya juga dan berakhir berjuang sendiri untuk hidupnya tanpa ada yang mensupport.
"Tapi bener kamu masih kuat, bibi takut nanti kamu pingsan disekolah"
"Gak akan, percaya deh sama Vira"
"Oiya bi, jangan cerita ke siapa-siapa ya soal Vira drop kemarin, Vira gak mau bikin mereka khawatir"
Asih menggenggam tangan Vira. "Iya, bibi kan sudah janji sama kamu"
"Makasih bibi. Vira sayang sama bibi". Vira memeluk Asih. Mendapat kehangatan seperti ini adalah bagian dari impian Vira, berharap kedua orang tuanya memeluk dirinya sebelum ajal menjemput dirinya.
Asih membalas pelukan Vira, ia mengusap kepala plontos majikannya itu. "Bibi juga sayang sama kamu nak"
Acara pelukan itu terhenti saat terdengar suara teriakan Faira yang memanggil mereka berdua. Dengan cepat Vira dan Asih melenggang menuju dapur.
Faira bersedekap dada cewek itu menatap kedua perempuan didepannya tajam.
"Ada apa non ?" ucap Asih dengan menunduk.
"Masih tanya lagi, sarapan gue mana !"
"Maaf non bibi lupa, bibi ambilin dulu sebentar". Asih bergegas mengambilkan sarapan untuk Faira.
Faira menatap Vira malas. "Heh, gembel ! Ngapain lo masih disini, buatin gue rujak mangga muda sekarang !"
Vira mengangguk lalu bergegas pergi ke dapur.
Faira mendaratkan bokong nya pada kursi meja makan. Cewek itu memainkan ponselnya sembari menunggu sarapannya datang.
Asih datang dengan sepiring nasi goreng kesukaan Faira. "Ini non sarapannya"
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDING
Short StoryBrianna Elvira Damara, nama lengkapnya. Gadis yang hampir tidak bahagia setiap harinya dan dibenci oleh teman dan keluarganya hanya karena kesalahpahaman. Namun suatu ketika sebuah peristiwa berhasil mengendingkan penderitaan dari seorang Elvira da...