Bau tanah basah dan dedaunan kering sangat menusuk indra penciuman, malam tadi kota ini diguyur hujan deras.
Dikamar kecil berudara lembab itu Vira meringkuk memeluk tubuh dan boneka sapi yang beberapa hari lalu Arfan belikan, cuacanya sangat dingin kasur tipis dan kain jarik itu tidak mampu membuat tubuh kurus Vira tetap hangat. Cewek itu menggosok-gosok lengannya agar tetap hangat namun cara itu tidak membantu sama sekali. Akhirnya wanita berambut pirang itu dengan terpaksa bangun dari tidurnya dan mendudukkan diri bersandar ditembok usang kamarnya.
Cewek itu melihat jam di ponselnya, 01.45 masih malam rupanya. Vira mengusap dadanya yang terasa sakit dan sesak cewek itu mengambil minyak angin lalu mengoleskannya pada bagian dadanya yang terasa sakit. Cewek itu membungkam mulutnya sendiri saat hendak terbatuk.
Tangan Vira meremat pakaiannya sendiri saat dingin yang menusuk tubuhnya membuat nyeri di dada kirinya semakin bertambah cewek itu berdesis pelan memejamkan mata, mencoba mengontrol rasa sakitnya. Ingin rasanya berteriak atau meminta tolong pada orang rumah tapi niatnya itu malah akan menjadi Boomerang bagi dirinya sendiri bukan membantu jadi lebih baik ia pendam sendiri saja.
*****
Pintu kamar tua itu terbuka menampilkan Asih disana. Asisten rumah tangga itu memasuki kamar sempit nan usang dengan perlahan karena dilihatnya Vira masih tertidur. Wanita itu mengerutkan kening melihat posisi Vira yang tidur sambil duduk dan bersandar di meja sampingnya.
Asih bersimpuh didepan Vira lalu memegang kaki majikannya itu, panas. Wanita paruh baya itu membelalak kaget merasakan suhu tubuh Vira yang sangat panas, cewek itu demam tinggi. "Vira bangun nak". Asih menggoyangkan kaki Vira, memastikan cewek itu masih sadar dan hanya tertidur saja.
Vira perlahan membuka matanya, mata merah dan berair akibat suhu tubuh yang panas. Cewek itu memfokuskan pengelihatannya, "bibi" sebutnya lirih.
"Kamu kenapa gak bilang kalo sakit, badan kamu panas banget loh ini"
Vira tersenyum tipis sangat tipis sampai tidak terlihat. "Vira enggak apa apa kok bi, Vira juga gak enak kalo ganggu tidur bibi"
Asih mengusap kepala bagian samping majikannya itu, "Vira istirahat lagi ya biar bibi kompres"
"Enggak usah bi,ini pasti udah pagi kan mending kita masak buat sarapan"
"Tapi--
"Udah jangan pikirin Vira, Vira baik-baik aja" ucapnya sembari menyibak selimut lalu melipatnya.
Akhirnya dengan keterpaksaan Asih mengikuti perkataan Vira. Mereka berdua mulai memasak untuk sarapan.
Kepala Vira rasanya sangat sakit tapi tetap ia paksa beraktivitas, ia tidak mau dimarahi lagi oleh Arthur dan Amanda. Tubuh lemas dan nyeri di dada kirinya setia menemani aktivitas memasaknya. Asih juga sesekali melihat majikannya itu, memastikan cewek itu tetap baik-baik saja.
****
Menu sarapan hari ini sudah jadi, nasi goreng dan telur mata sapi. Arthur Amanda Faira juga Alvin memakan sarapan mereka dengan lahap di meja makan sedangkan Vira memakan sarapannya di dapur bersama Asih.
"Gimana sama klub basket kamu Al, katanya mau tanding sama SMA luar kota" tanya Arthur.
"Enggak jadi pa, katanya disana lagi kena musibah karna cuaca buruk jadi dibatalin"
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDING
Short StoryBrianna Elvira Damara, nama lengkapnya. Gadis yang hampir tidak bahagia setiap harinya dan dibenci oleh teman dan keluarganya hanya karena kesalahpahaman. Namun suatu ketika sebuah peristiwa berhasil mengendingkan penderitaan dari seorang Elvira da...