"Nyawa dibalas nyawa.."
Vira menutup pintu toilet dengan perasaan lega, akhirnya hal yang ia tahan sejak jam pelajaran tadi bisa dikeluarkan. Cewek itu beralih melihat pantulannya di cermin, ia sedikit merapikan penampilannya.
Kulit pucat tulang pipi yang menonjol dan kelopak mata yang semakin sayu, ketiga kalimat itu yang pas untuk mendefinisikan kondisi wajah Vira saat ini. Tidak ketinggalan tubuhnya juga terlihat semakin kurus. Akhir-akhir ini nafsu makannya memang menurun karena penyakitnya.
Maybe.
Gadis berambut pirang itu menatap setiap inci wajahnya. Perlu kalian ketahui wajah Vira sangat mirip dengan kedua orang tuanya, perpaduan antara wajah tegas Arthur dan wajah cantik Amanda terpahat rapi diwajahnya.
Di ketiga anak Arthur dan Amanda yang memiliki paras perpaduan mereka berdua hanya Vira sedangkan Alvin hanya menurunkan kemiripan ibunya dan Faira kemiripan papanya. Meski begitu Vira tetap saja diperlakukan berbeda oleh kedua orang tuanya.
"Jadi kangen mama papa" batinnya.
Cewek itu rindu kasih sayang Arthur dan Amanda yang diwakilkan dengan tindakan kasar. Menurut Vira perlakuan kedua orang tuanya itu adalah bentuk kasih sayang mereka padanya dan karena itu ia tidak pernah bisa membenci Arthur dan Amanda.
Aneh ? Memang. Terkadang teman-temannya menilai Vira bodoh karena menganggap tindak kekerasan Arthur dan Amanda sebagai tanda kasih sayang padahal tidak ada kasih sayang sama sekali. Bukan hanya bodoh tapi Vira ini terlalu baik menurut mereka.
"Hay cantik"
Vira mengalihkan pandangannya. "Vano" ucapnya kaget. Ini toilet wanita kenapa bisa Vano masuk kesini pikirnya.
"Lo mau ngapain ? Ini kan toilet cewek" ucap Vira gugup. Cewek itu melangkah mundur saat Vano terus mendekati dirinya.
Vano menyeringai, "mau ketemu sama pembunuh handal"
"Gue bukan pembunuh !" pekiknya dengan keras.
"Sssttt...". Vano berhasil mengunci pergerakan Vira ditembok. "Jangan berisik nanti ada yang dengar" bisiknya.
Vira memberontak dengan sekuat tenaga namun masih saja tidak berpengaruh tenaga Vano lebih kuat darinya. "Menjauh dari gue Vano !"
Seakan tuli cowok itu malah mendekatkan wajahnya pada wajah Vira yang sudah berkeringat karena takut. Cewek itu terus terusan memberontak hingga tangannya dicengkeram kuat oleh Vano.
"Diamlah, gue cuma mau bales kematian Alvin karna nyawa dibalas nyawa"
Vira menggelengkan kepala air matanya meluruh begitu saja, cowok didepannya menunjukkan belati tajam tepat didepan wajahnya. "Gue bukan pembunuh kakak hiks" ucapnya lirih.
BUGHH...
Tubuh kekar Vano jatuh begitu saja setelah mendapat pukulan keras di tengkuknya. Dan itu membuat Vano hilang kesadaran.
Vira menutup mulutnya, shock.
"Lo gak apa apa queen"
Vira sedikit mendongak untuk menatap laki-laki yang barusan menolongnya. "Arfan, gue takut". Cewek itu memeluk Arfan dengan erat. Tubuhnya bergetar ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDING
Short StoryBrianna Elvira Damara, nama lengkapnya. Gadis yang hampir tidak bahagia setiap harinya dan dibenci oleh teman dan keluarganya hanya karena kesalahpahaman. Namun suatu ketika sebuah peristiwa berhasil mengendingkan penderitaan dari seorang Elvira da...