Ending-03

2.3K 121 0
                                    

Alvin masih saja menatap Vano tajam. Sejak Alvin selesai berucap tadi situasi didalam rooftop menjadi hening. Vano menjadi terdiam mendengar ucapan Alvin, mengintrospeksi diri kira-kira sifat mana yang membuat Alvin tidak suka padanya.

Vira menyuapi kakaknya itu dengan bekal yang ia bawa tadi. "Udah kak jangan diliatin terus, kasian Vano nya udah kaya kerupuk kena angin dipojokan" ucapnya dengan kekehan.

Alvin tidak menggubris perkataan adiknya itu, ia masih saja menatap tajam sahabatnya yang terduduk dipojokan.

Arfan melempar sebungkus rokok kearah Vano. "Dari pada lo bengong".

Vano mengambil bungkus rokok yang tergeletak disampingnya lalu mengambil satu batang. "Korek"

"Ada didalem bungkusnya bego"

Vano membuka lagi penutup bungkus rokok itu dan ternyata benar ada korek didalamnya. Cowok itu menyelipkan ujung rokoknya disela bibir kemudian menghidupkannya. Cowok itu meratapi nasip yang tidak diberi restu sambil menyesap rokoknya.

Miris.

Vira mulai tidak nyaman karena asap rokok yang sudah mengepul banyak. Cewek itu menunduk dan memegang dadanya yang terasa sesak, sesekali ia terbatuk.

Alvin membuka mulutnya bersiap menerima suapan lagi, tapi Vira tak kunjung menyuapinya adiknya itu hanya menunduk dan batuk. "Dek are you oke"

Vira tidak menjawab, dirinya sibuk mengontrol dadanya yang seperti terhimpit benda berat nafasnya seperti sangat sulit untuk berjalan menuju tenggorokan.

"Loh Vir, rok lo kok ada darahnya" pekik Arfan menunjuk rok Vira yang sudah terdapat beberapa tetes darah.

Vano membuang rokoknya lalu menginjak putung rokok itu. Cowok itu mendekati Vira begitu pula Reno dan Arfan.

"Vir lo baik-baik aja kan"

TIDAK ADA JAWABAN. 

Alvin mengangkat dagu Vira dan seketika ia membulatkan mata melihat kedua lubang hidung adiknya mengeluarkan darah. Ketiga inti Zervanos juga dibuat panik.

"Dek kamu kenapa"

"Sesek kak" ucap Vira terengah-engah.

"UKS Al" pekik Reno,Arfan dan Vano bersamaan.

****

"INI SEMUA GARA-GARA LO, BANGSAT !"

Alvin menonjok rahang Vano dengan kuat hingga menimbulkan luka sobek di sudut bibir Vano. Reno dan Arfan menarik Alvin yang hendak menonjok Vano lagi.

"Sabar Al, kontrol emosi lo"

"Gimana gue bisa sabar ! Adek gue sesak nafas karna dia ngerokok sembarangan !"

Alvin menghajar Vano tanpa ampun. Vano tidak melawan sama sekali karena ia sadar kalau ini memang kesalahannya dan ia pantas mendapat ini.

Siswa-siswi yang berada didekat UKS berkerumun melihat pertengkaran antara ketua dan wakil gangsters itu, tanpa niat melerai. Bukan hanya melihat ada juga yang memotret dan mem-video pertengkaran itu.

Arfan dengan geram menarik Alvin kebelakang lalu menyudutkan cowok itu pada tembok UKS. Arfan menatap mata elang Alvin tak kalah tajam.

"Minggir" ucap Alvin datar.

"Ini bukan sepenuhnya salah Vano. Gue yang ngasih dia rokok, seharusnya lo juga pukul gue kar --

Bugh

Alvin menonjok wajah Arfan hingga tersungkur ke lantai. "Lain kali kalau ada adek gua jangan pernah kalian ngerokok didepan dia, paham !"

Vano dan Arfan mengangguk paham.

Alvin menonjok tembok sebagai pelampiasan emosinya. Tiba-tiba punggung tegapnya ada yang memeluk, pelukan yang sangat nyaman bagi Alvin.

"Jangan sakitin diri kamu sendiri. Tahan emosi kamu ya" ucap seorang wanita yang tengah memeluk punggung Alvin.

Alvin menyugar rambutnya kebelakang kemudian berbalik menghadap perempuan yang memeluknya. Cowok itu masuk begitu saja kedalam pelukan kekasihnya, Eca.

Eca mengusap punggung Alvin. "Udah ya kucing oyen aku jangan emosi lagi"

Alvin mengangguk patuh.

****

Alvin dan Eca menunggu Vira yang sedang tertidur pulas dengan nasal cannula yang bertengger cantik di hidung nya. Alvin masih saja memeluk Eca dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher kekasihnya itu. Inilah kenapa Eca memberi sebutan Alvin kucing oyen karena kekasihnya itu kadang-kadang bisa manja, suka marah-marah, bar bar dan bisa juga jadi menggemaskan seperti kucing, memang panggilan yang cocok.

Reno, Arfan dan Vano berada di bilik UKS yang lain untuk mengobati luka-luka mereka dulu. Mereka juga tidak mau mengganggu waktu istirahat Vira kalau terlalu ramai orang yang menjenguk.

"Kucing oyen lagi ada masalah ya ?" tanyanya sembari mengusap kepala Alvin.

Eca tahu betul sifat Alvin, kalau cowok itu sedang ada masalah pasti emosinya menjadi tidak stabil dan akhirnya menjadi gampang tersulut emosi.

"Dirumah tadi aku berantem lagi sama papa" ucapnya parau.

"Tadi Vano nyatain perasaannya lagi ke Vira, aku gak mau Vira jadi pacar orang yang temperamen" sambungnya.

Ternyata sifat Vano yang tidak Alvin sukai adalah temperamental, ya memang Vano bisa sangat temperamental terhadap siapapun tanpa pandang bulu. Alvin tidak mau adiknya akan menerima kekerasan lagi dari orang lain.

Eca tersenyum tipis mendengar curhatan sang kekasih, ia sudah duga kalau permasalahannya ada di kedua hal itu Alvin memang sering bercerita dengannya soal keluarga ataupun teman-temannya.

"Kamu harus banyak sabar sayang buat ngadepin papa kamu dan keluarga kamu. Aku yakin suatu saat mereka bakal berubah dan bisa menerima Vira sebagai keluarga dan anak mereka"

"Kapan"

Pertanyaan Alvin membuat Eca bungkam, ia bingung harus berucap apa.

"Kapan Eca ? Avin udah muak sama sikap papa mama juga Faira yang makin hari makin seenaknya sama Vira"

"Eca mungkin enggak tau waktunya kapan tapi Eca tau kalau itu bakal terjadi entah cepat atau lambat, Avin harus banyak banyak bersabar"

"Kesabaran Avin hampir habis Eca"

Alvin mengeratkan pelukannya dan mulai terisak di sana. Eca membiarkan kekasihnya menangis asal hal itu yang membuat Alvin lega. Ini bukan yang pertama kali Alvin sudah sering menumpahkan tangisan nya dipundak Eca, bukan karena lemah tapi sudah terlalu lelah dengan keadaan.

Dilain sisi bilik UKS, Reno sedang mengobati luka-luka di wajah Vano sambil mendumel tidak jelas. Cowok itu mengerutuki kebodohan kedua temannya itu.

"Besok besok gak usah ngerokok jadi gini kan kejadiannya". Reno mengomel sambil menekan keras luka di sudut bibir Vano.

"Sakit bego ! Jangan lo pencet" ucapnya sembari memukul kepala Reno.

Reno meringis memegangi kepalanya yang menjadi korban pelampiasan. Cowok itu melempar kapas ditangannya kearah wajah Vano. "Obatin aja sendiri !" kesalnya.

Vano berdecak lalu mengobati luka-lukanya sendiri.

"Ar bibir lo gak mau diobatin"

"Cuma lebam doang ntar juga sembuh sendiri". Arfan merebahkan diri diatas brankar UKS.

Hening.

Masing-masing dari mereka menyibukkan diri dengan melakukan kegiatan masing-masing, Arfan dan Reno bermain game online sedangkan Vano masih berkutat dengan luka-luka diwajahnya.

"Sebenernya sifat gue yang Alvin gak suka tu yang mana si" tanya Vano tiba-tiba.

"Sifat temperamen lo lah bego ! Apa lo lupa dulu lo pernah mau mukul Vira sama Faira" celetuk Arfan.

Vano mengingat kembali kejadian di masa lampau dimana dirinya terbawa emosi dan hampir menonjok Vira dan Faira. "Tapi kan gue khilaf waktu itu"

Jangan lupa pencet tombol vote nya gratis kok.
Sampai bertemu di part selanjutnya.

ENDING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang