18. Velonin Mountain

808 78 9
                                    

"Seperti ini, Luna," ujar seorang wanita tua yang merupakan pelayan tingkat lima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seperti ini, Luna," ujar seorang wanita tua yang merupakan pelayan tingkat lima. Dia tidak terlalu tua sebenarnya jika dibandingkan dengan Hurem. Yang jelas, sudah cocok disebut sebagai ibu-ibu. Barangkali dia juga memiliki anak. Ara menurut, meletakkan teko dengan hati-hati ke meja. Dia cemberut. Tidak henti-hentinya menggerutu sedari tadi. Sedangkan Sean malah enak-enak duduk membaca buku di tempatnya.

"Sean, aku—" ucapan Ara terhenti begitu melihat tatapan tajam dari lelaki itu. Ara memutar bola mata. "Alpha, aku lelah. Bisakah aku beristirahat sebentar?" tanya Ara dengan nada begitu halus dan sopan. Sean mengangguk. Dia meletakkan bukunya ke meja lalu memberi atensi penuh pada Ara. Setelah itu, pelayan tadi—Mirea pun pergi dari perpustakaan untuk memberikan ruang pada Ara.

"Dalam tiga puluh menit aku akan berangkat ke Pegunungan Velonin. Kau ingin apa? Katakan sekarang." Seakan mengerti apa yang Ara inginkan, lelaki itu langsung menawarinya. Namun, gadis itu malah diam. Mengamati bagaimana benang merahnya bergerak acak setiap kali kelingking mereka bergerak. "Ara," panggil Sean menyadarkannya.

"Bisa kau membawaku pada Artemis?" lirihnya. Ara tahu mungkin ini adalah hal terakhir yang bisa Sean lakukan untuk mengabulkan permintaannya. Namun, tetap saja, Ara tidak ingin menyerah untuk membatalkan kesepakatan mereka. Ini tidak adil. Sean dan yang lain tentu tidak akan pernah mau memakan atau menyerang Lunanya sendiri.

"Tidak," tolak Sean mentah-mentah. Ara mendongak, menatapnya tidak percaya. Hei, Ara tidak meminta yang muluk-muluk. Dia hanya ingin bertemu penyihir itu. "Dengar, sekali lagi kau membahas hal-hal yang berhubungan dengan keberadaanmu di sini, aku akan memberimu hukuman. Satu hal yang perlu kau tahu Ara. Manusia tidak akan bisa keluar dari tempat ini. Jadi, tidak ada pilihan untukmu kabur ataupun pergi dariku."

Ara menarik nafas perlahan. Mencoba tidak mengeluarkan emosinya secara sembarangan. "Aku tahu itu." Dia menyandarkan tubuh ke kepala kursi. Ara mengerang. "Sialan," umpat Ara pelan.

"Ara—"

"Aku ingat, Alpha. Dilarang berbicara kasar." Ara mengangguk dengan begitu meyakinkan membuat Sean akhirnya diam, mengamati apa yang gadis itu ingin lakukan. "Aku ingin ikut denganmu ke Pegunungan Velonin," ucap Ara akhirnya.

"Kenapa? Berharap bisa kabur di tengah jalan?" tebak Sean yang tepat sasaran. Ara mengumpat lebih keras dalam hati. Perlahan dia tersenyum dengan ramah. Menyebalkan sekali bagaimana lelaki itu dengan mudah bisa mengetahui niatnya. "Pegunungan tempat beberapa makhluk liar tinggal. Kau tetap ingin ikut? Mustahil untuk kabur, Ara."

Oh, sial. Ara jadi teringat cerita-cerita tentang makhluk buas yang tinggal di pegunungan itu. Mereka biasa memangsa sesamanya dengan brutal. Bahkan, kata Ein terdapat Godzilla di bukit. Ara merinding.

"Siapa yang bilang aku ingin kabur?" Ara menghela nafas. Tidak mungkin untuk langsung kabur. Tapi, setidaknya dia bisa mengenal daerah ini lebih baik bukan? Ya, benar. Ara harus bersikap normal layaknya Luna. Setelah mendapatkan informasi yang cukup dia baru bisa menyusun rencana untuk kabur.

This Cruel Alpha [3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang