36. Hemlock

590 76 10
                                    

Brukk!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brukk!!

Tubuh Ara yang tadinya diikat kencang di badan Ares sekarang terjatuh ke timbunan salju, Gadis itu mengerang, merasakan hawa dingin yang menusuk tulangnya. Dia berdiri sambil membuka mata perlahan.

“Kau punya masalah denganku, Ares?” tanya Ara menahan kesal. Ares tak berkutik. Jujur saja dia takut jika Ara marah. Namun, nyatanya gadis itu kembali diam, seakan mengabaikan serigala hitam itu. Ara mengedarkan pandangan, tersadar bahwa hari sudah gelap. Dia melebarkan mata, salju menipis di sekitarnya, sedangkan di depan Ara adalah laut? Entahlah tidak terlihat seperti laut tetapi sangat luas. Dia hanya melihat segaris daratan di ujung sana. Airnya tenang dan tidak berombak. Mungkin hanya danau luas.

Tiba-tiba Ares menarik jubah yang Ara pakai. Dia membawanya lari entah kemana. Ara kebingungan. Dia berbalik, hendak berteriak memanggil Ares tetapi serigala itu sudah menghilang. Hei, yang benar saja?

“Ini laut, tetapi laut kecil yang membatasi pulau Aveloan dan pulau Ratu, atau kau bisa menyebutnya selat,” suara Sean mampir di telinganya. Ara berbalik cepat, terkejut dengan keberadaan lelaki itu yang sudah ada di sampingnya—memakai jubah kerajaannya. Pandangan Ara seperti sedang menilai penampilan Sean dari atas ke bawah.

Dengan wajah datarnya, gadis itu berkata, “Kau membaca pikiranku?”

Sean menggeleng. “Itu terlihat jelas di ekspresimu, ayo,” ajak Sean sembari berjalan mendahului Ara, mengarahkan jalan. Ara mengerutkan kening. Well, selama ini Ara sepertinya tidak pernah berekspresi berlebihan. Maksudnya—dia tidak kelihatan sebingung itu kan tadi.

“Biarpun ini selat, perlu seharian untuk menyebrang ke Aveloan,” jelas Sean. Entah bagaimana lelaki itu dapat menemukan perahu kecil yang sedang ditumpangi oleh—babi? Oh, astaga, makhluk apa lagi ini?

“Kenapa kau melihatku seperti itu, Nona? Ngok!” tegur si babi. Ara mengerjapkan mata.

“Itu Erimanthios, dia sejenis babi hutan, tetapi bisa berbicara,” balas Sean seakan tahu lagi apa yang Ara pikirkan.

“Kau bisa bantu aku menyebrangi selat?” tanya Sean sambil merogoh saku. Dia membawa segepok keping emas yang berbentuk bulat. Ara yakin itu sangat berguna untuk jual beli.

Ngok! Tentu saja!” serunya sambil menadahkan tangan, hingga akhirnya Sean melemparkan  kepingan emas ke tangannya. Babi itu bersorak ria, mendapat harta karun yang tak ia duga. Ara kurang suka mendengar Erimanthios ini berbicara. Setiap kalimat yang dia ucapkan pasti mengandung ngok! Itu menggelikan.

“Ara,” panggil Sean yang sudah ada di atas perahu. Dia baru saja melompat. Sekarang lelaki itu mengulurkan tangannya untuk Ara. Tanpa berpikir panjang, Ara melompat sendiri ke perahu tanpa menyambut uluran tangan Sean.

“Aku bisa melakukannya sendiri,” kata Ara dingin. Sean menurunkan tangannya, menghela nafas sejenak kemudian berbalik. Dia duduk di bagian perahu yang agak depan. Sedangkan Erimanthios itu ada di belakang mengendalikan perahunya. Ara ikut duduk di samping Sean, memeluk kakinya agar lebih hangat. Perahu pun mulai bergerak lambat. Ugh pantas saja mereka membutuhkan waktu setengah hari. Namun, selain perahunya yang lambat, keadaan gelap juga harus membuat si pengendali perahu berhati-hati agar tidak menabrak gunung es. 

This Cruel Alpha [3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang