Sett!
Ara memekik terkejut saat sebuah anak panah mampu menerobos masuk ke kereta bahkan hampir mengenai Sean.
"Berhenti! Ada penyerangan!" seru Devan dari luar. Itu kata yang membuat seluruh kereta dan prajurit untuk berhenti berjalan. Termasuk kereta mereka. Suara gesekan pedang yang dikeluarkan dari wadahnya terdengar bersamaan.
Rasanya jantung Ara berdegup lebih kencang. Sebuah sentuhan erat di tangannya membuat gadis itu sadar, Sean masih di sampingnya. Lelaki itu menatap Ara serius. Oh, Ara tahu apa yang akan dia katakan.
"Jangan pergi. Tetap di dalam apapun yang terjadi di luar. Mengerti?" Dia memintanya untuk berjanji. Tapi, Ara malah diam. Ah, tentu saja Ara tidak bisa berjanji tentang hal ini. Namun, Ara mengangguk.
"Aku akan ikut keluar," kata Damian sambil membuka pintu kereta dahulu. Dia dan Veron melompat keluar dengan cepat. Kemudian, disusul oleh Sean.
Bagaimanapun juga, Ara memang harus tetap ada di dalam kereta. Tapi, tidak ada yang bisa mencegahnya untuk keluar—terutama jika mereka benar-benar dalam keadaan genting dan bahaya. Lelaki itu kembali menutup pintu kereta, memberi pandangan terakhirnya pada Ara sebelum ia berbalik.
Oh, Ara bisa melihat apa yang terjadi di luar sana, tapi gadis itu hanya diam. Dia tidak ingin terlihat oleh yang lain di saat seperti ini. Atau, dia yang akan dijadikan sasaran untuk mencelakai Sean. Jadilah, Ara memasang penutup kepalanya dan menyandarkan tubuh. Ia tidak tahu siapapun itu yang melakukan penyerangan, tapi dia bodoh.
Yang Sean lihat pertama kali ketika keluar dari kereta adalah seluruh prajuritnya yang sudah siaga. Mereka mengeluarkan pedang dan mengacungkannya ke depan seakan-akan musuh mau menyerang. Mereka yang ada di atas kuda pun turun, ikut membuat barikade kecil melindungi kereta.
Devan melemparkan pedang kepada Sean yang langsung lelaki itu tangkap. Dia memasang kuda-kuda. Sedangkan Veron dan Damian ada di sampingnya, tanpa senjata. Tidak ada suara maupun pergerakan lain. Mereka semua diam menunggu sesuatu datang—mereka bahkan tidak tahu sesuatu apa itu.
Sedetik kemudian, suara aneh memenuhi langit. Seperti suara burung terbang bersamaan menghampiri mereka. Tetapi ini berbeda. Puluhan panah jatuh dari atas menukik tajam ke arah mereka. Terlalu tiba-tiba membuat beberapa prajurit tertusuk begitu saja. Mereka mengayunkan pedang, menghindari panah-panah yang berjatuhan semacam hujan.
"Makanan!"
Segerombolan troll datang begitu saja dari arah mereka datang. Ada sekitar selusin troll yang lari terpontang-panting terlihat bahagia. Troll di musim dingin? Sedikit mustahil jika ini kejadian tidak disengaja. Tapi, Sean yakin seseorang memancing mereka datang.
"Serang!"
Belasan prajurit yang masih tersisa menggaumkan suara mereka sebagai serigala. Beberapa dari mereka bertransformasi lalu mencakar salah satu troll yang datang. Mereka terlihat brutal. Makan atau dimakan. Itu yang werewolf lakukan. Sean melayangkan pedangnya ketika troll lain mendekat. Satu tebasan di tangan, membuat troll itu buntung. Tapi, tentu saja gerakan kecil itu sama sekali tidak memperlambatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Cruel Alpha [3]
Fantasy[FANTASY-ROMANCE-KINGDOM] 18+ Sean dipenuhi amarah yang menggebu. Ia bahkan membawa cambuk istimewanya untuk mencambuk Ara nanti. Namun, ketika ia mendekat pada gadis itu, Sean tercekat. Ia tak bisa menyiksanya. Terlebih lagi ketika mata indahnya me...