58. Dawn of Chaos

555 61 2
                                    

Karena sudah malam, mereka memutuskan untuk membuat tenda di desa mati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena sudah malam, mereka memutuskan untuk membuat tenda di desa mati. Ada sekitar lima buah tenda besar untuk mereka, isinya tidak terlalu banyak karena memang barang mereka terbatas. Bahkan, tidak ada tempat tidur. Sean menggunakan matras untuk tidur, dengan Ara. Mereka berada dalam satu tenda khusus.

"Kita akan melanjutkan perjalanan besok." Itu yang Sean katakan ketika selesai berganti pakaian. Sedangkan Ara tengah bercermin di dekat matras, mengobati lukanya yang ada di leher. Luka ini tidak kunjung menutup sendiri, jadi Ara perlu mengobatinya.

"Lalu kapan kita akan sampai?" tanya Ara tanpa menoleh. Dia meringis, menahan rasa perih yang menyentuh lehernya. Sean mendekat. Dia mengambil alih kapas yang Ara gunakan. Rasanya Sean tidak tega membuat gadis itu kesakitan. Jadi, dia membantu Ara mengobatinya dengan lebih lembut.

"Pagi, jika tidak terhambat." Sean dengan telaten mengusap leher Ara yang memerah. Dia pun menempelkan plester di sana, setelah membalutnya dengan kassa. Gadis itu menahan tangan Sean selama beberapa saat. Ia menatapnya dengan pandangan ragu. "Ada apa?"

"Ada beberapa hal yang perlu aku diskusikan denganmu," lirih Ara dengan hati-hati. Beberapa saat yang lalu, ia melihat Sean yang terlalu marah dan berubah menjadi Lycan. Ara tidak ingin mengulanginya tentu saja.

"Apa?"

"Berjanjilah, kau tidak akan marah."

Mendengar itu Sean menarik nafas panjang. Sepertinya ia tahu kemana topik mereka akan berakhir. Antara ketidaksetujuan Sean atau opini Ara yang bertentangan dengannya. Ara pasti sudah tahu ini. Karena itu dia memberi Sean peringatan.

"Aku tidak bisa." Sean meletakkan kapas kotornya ke sebuah wadah dari aluminium. Sampah darah ini akan ia buang khusus, tidak sembarangan agar tidak ada yang melacak Ara. Gadis itu adalah kelemahannya, Sean tidak bisa membiarkan Ara terus dalam bahaya.

"Coba dengarkan aku sedikit."

"Apapun itu, kau pasti tahu bagaimana pendapatku," tolak Sean. Ugh. Ara seperti sedang membujuk iblis untuk berbuat kebaikan. Artinya, mustahil. Akhirnya Ara menghela nafas, dia mengangguk pelan.

Jika ini mustahil untuk dibicarakan, maka Ara tidak akan membicarakannya. Mungkin benar apa kata Chelsea dan Artemis. Dia harus mengambil keputusan tanpa Sean. Seperti dia biasanya, tidak peduli dengan lelaki itu. Hanya saja, untuk kali ini Ara merasa sedikit ragu.

"Tidak jadi?" tanya Sean melihat Ara yang malah diam.

Gadis itu mengangkat bahunya, dia benar-benar tidak berbicara sepatah kata pun. Ara tidak marah. Dia hanya mengikuti kata-kata Sean. Ara pun naik ke matras tipisnya. Dia tidur dahulu dengan posisi miring, menghadap ke arah Sean yang ada di depannya.

Sean menarik nafas pelan. "Baiklah, bicarakan, Ara." Entah mengapa lelaki itu malah jadi penasaran dengan apa yang ingin Ara diskusikan.

"Tidak. Aku tahu bagaimana-"

This Cruel Alpha [3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang