51. Cotton Candy

649 65 8
                                    

Kereta mereka berhenti di depan sebuah penginapan lantai tiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kereta mereka berhenti di depan sebuah penginapan lantai tiga. Mereka sampai tepat ketika matahari hampir tenggelam. Karena itu, Sean langsung meminta mereka untuk ke penginapan dahulu. Desa kedua, tidak sesepi di tempat pertama. Ara melihat banyak aktivitas yang masih terjadi bahkan ketika menjelang malam. Entah mereka yang kembali pulang ke rumah, ataupun berberes dagangan, bahkan anak-anak kecil yang berlarian.

Sepertinya wabah belum menyebar terlalu luas dan menjadi momok untuk masyarakat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya wabah belum menyebar terlalu luas dan menjadi momok untuk masyarakat. Itu bagus, karena Ara bisa memberi pengertian tentang penyakit ini dahulu pada mereka. Sebagian dari mereka berdagang di depan rumah, jadi sepertinya Ara tidak berada di pasar.

Pintu kereta dibuka, Devan mengulurkan tangannya untuk membantu Ara turun. Gadis itu menaikkan salah satu alisnya, oh dia masih ingat bagaimana Devan mengejeknya tadi. Dia menerima uluran tangan itu sambil turun. Ara meremas tangan Devan dengan kasar sampai-sampai lelaki itu berteriak kaget.

"Luna!" serunya sambil menarik tangan. Matanya melotot terkejut.

"Ada apa?" tanya Sean sambil ikut turun. Dia berada di belakang Ara.

Ara tersenyum tipis, mengabaikan teriakan Devan. Ia mengedarkan pandangan, melihat keadaan sekitarnya. Orang-orang desa langsung menunduk hormat ketika berjalan di dekat mereka. "Hanya balas dendam sedikit," katanya tanpa melirik Devan. Sang Gamma menggaruk tengkuknya dengan ling-lung.

"Kita akan menginap dulu, Ara. Ayo." Itu kata Sean, tetapi Ara tidak menanggapinya. Gadis itu malah terdiam menatap sesuatu yang sangat ia kenal. "Ara?" panggil Sean mencoba membawa Ara dalam pembicaraan lagi.

Ara melangkahkan kakinya menuju sebuah gerobak kecil di depan tempat makan. Ada seorang lelaki tua yang berdiri di belakang gerobak jualan itu. Begitu melihat Ara datang, dia langsung menunduk.

"Selamat datang, Luna!" serunya terkejut sekaligus gerogi.

"Ara," panggil Sean. Dia buru-buru mengikuti gadis itu.

"Luna, jangan pergi!" seru Devan. Dia takut jika gadis itu tiba-tiba kabur karena candaannya tadi. Well, dia tahu Ara sebenarnya tidak semarah itu. Tapi, dia cukup berani bertindak. Devan tidak mau membuat kesalahan dengan ini.

This Cruel Alpha [3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang